Lulus Sekolah Pemberdayaan Rakyat IPB University, 75 Petani hingga Peternak Diwisuda

Lulus Sekolah Pemberdayaan Rakyat IPB University, 75 Petani hingga Peternak Diwisuda

Lulus Sekolah Pemberdayaan Rakyat IPB University, 75 Petani hingga Peternak Diwisuda
Berita

Sebanyak 75 petani, peternak, dan anggota masyarakat yang berasal dari Kabupaten Fakfak (Papua Barat), Kabupaten Sigi (Sulawesi Tengah), dan Kota Kediri (Jawa Timur) dinyatakan lulus dalam program Sekolah Pemberdayaan Rakyat (SPR) IPB University 2024. Mereka diwisuda pada Kamis (6/6) di Gedung Startup Center, Kampus IPB Taman Kencana, Kota Bogor.

“Wisuda SPR ke-8 ini merupakan merupakan akumulasi kegiatan penting dari proses pembelajaran partisipatif SPR yang telah dilakukan selama tujuh bulan bersama pendamping atas arahan langsung dari dosen-dosen IPB University yang kompeten,” kata ketua panitia wisuda, Prof Agik Suprayogi.

Prof Agik meyakini bahwa alumni SPR yang baru diwisuda ini akan optimistis dalam menggapai masa depan yang lebih baik dan lebih maju melalui bisnis kolektif berjemaah. “Insyaallah kesejahteraan lebih baik akan hadir di komunitas mereka,” lanjutnya.

Untuk diketahui, SPR merupakan pendekatan inklusif untuk mencapai penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihoods), yang mendukung pembangunan pedesaan/perkampungan dan masyarakat agromaritim untuk mewujudkan kedaulatan pangan (food sovereignty). Salah satu program SPR adalah Sekolah Peternakan Rakyat.

Program yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3) IPB University ini bertujuan untuk membentuk komunitas lokal yang mandiri dan berdaya saing, mempersiapkan mereka untuk menghadapi perubahan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

Penjabat (Pj) Gubernur Papua Barat, Drs Ali Baham Temongmere, MTP mengapresiasi program SPR IPB University yang telah dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di daerahnya. Ia berharap, program SPR dapat memecahkan permasalahan pembangunan peternakan di Indonesia, terutama di Papua Barat. Ke depannya, ia ingin program SPR dikembangkan di daerah lain di wilayah Papua Barat selain Kabupaten Fakfak.

“Konsep SPR ini sangat sesuai dengan filosofi ‘Satu Tungku Tiga Batu’ yang merupakan kearifan lokal dengan nilai-nilai adi luhur berakar pada budaya dan adat istiadat di Papua Barat. Nilai-nilai kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional diasah dan ditingkatkan dalam program SPR ini,” ungkapnya.

Dalam sambutannya, Sekretaris Dewan Guru Besar (DGB) IPB University, Prof Agus Setiadi mengatakan bahwa peternakan merupakan bidang yang sangat strategis. Hadirnya program SPR ini bukan hanya untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional, tapi juga untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, terutama dengan asupan protein hewani yang cukup.

“Peternakan rakyat ini saya kira sangat dibutuhkan. Dengan mengikuti SPR, peternak sudah mendapatkan ilmu yang sangat banyak. Saya berharap dengan mendapatkan pendidikan dari dosen-dosen IPB University yang sangat mumpuni bisa mengembangkan peternakan rakyat, karena Indonesia masih membutuhkan kecukupan protein hewani,” tuturnya.

“Jadi, dengan bisa memenuhi kebutuhan tersebut, bukan hanya swasembada pangan, tapi penduduk kita pintar, sehat, dan sangat maju,” tambahnya. (MHT/Rz)