Kolaborasi Lintas Kampus, Mahasiswa IPB University Paparkan Hasil Penelitian di Simposium Internasional
Muhammad Reza Pratama, mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University dari Program Studi (Prodi) Teknologi dan Manajemen Pembenihan Ikan (IKN) angkatan 59 berhasil menunjukkan kolaborasi yang solid dengan mahasiswa dari universitas lain dalam acara acara 4th Indonesia Shark and Ray Symposium yang digelar di Universitas Indonesia.
Simposium yang mengangkat tema “Critical Habitats for Sharks and Rays: Managing Emerging Challenges through Mitigation Strategies, Population Recovery, and Integrating Human Dimensions” ini menjadi ajang bagi para mahasiswa untuk berbagi hasil penelitian dan memperkuat jaringan akademik.
Dalam acara tersebut, Reza Pratama berkolaborasi dengan Syakirah Chuzaimah dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran, serta Alvanza Qurandiva Ranandya dari FPIK Universitas Jenderal Soedirman. Mereka bersama-sama mempresentasikan penelitian tentang karakteristik perdagangan online ikan pari irisan (Wedgefishes) dan ikan gitar (Bowmouth Guitarfish) di Indonesia melalui platform media sosial.
Menurut Reza, kolaborasi ini tidak hanya memperkaya wawasan mereka tetapi juga meningkatkan kualitas hasil penelitian. “Kerja sama ini menunjukkan pentingnya kolaborasi lintas universitas dalam penelitian ilmiah. Kami dapat menggabungkan sumber daya dan keahlian kami untuk menghasilkan penelitian yang lebih komprehensif,” kata dia.
Penelitian Reza dan dan tim ini melibatkan pencarian online melalui kata kunci spesifik untuk menemukan unggahan yang terkait dengan perdagangan ikan pari irisan dan ikan gitar. Pencarian dilakukan dari Januari hingga Februari 2024 di berbagai forum dan grup Facebook publik yang memuat perdagangan ikan laut.
“Kami memanfaatkan teknologi digital untuk mengidentifikasi dan menganalisis perdagangan ilegal ikan pari irisan dan ikan gitar. Ini merupakan langkah penting dalam upaya konservasi,” ungkap Reza Pratama.
Penelitian mereka menemukan bahwa perdagangan ikan ini masih berlangsung meskipun telah ada regulasi yang membatasi. Dari hasil penelitian mereka, ditemukan 159 unggahan Facebook yang terkait dengan perdagangan ikan pari irisan dan ikan gitar dari tahun 2019 hingga 2023. Spesies Rhynchobatus australiae menjadi yang paling banyak diperdagangkan, dengan mayoritas penjualan dalam bentuk ikan utuh.
Lebih jauh, Reza Pratama memaparkan peningkatan perdagangan ini menunjukkan perlunya strategi mitigasi yang lebih efektif untuk melindungi spesies yang terancam punah ini. “Kerja sama kami memungkinkan analisis yang lebih mendalam mengenai pola perdagangan dan dampaknya terhadap populasi ikan khususnya spesies yang hampir punah,” ujarnya.
Penelitian ini merekomendasikan pengumpulan data tambahan untuk meningkatkan representasi hasil penelitian. Fokus pengamatan pada satu spesies ikan akan memungkinkan analisis yang lebih detail mengenai karakteristik perdagangan online.
“Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pembuat kebijakan untuk mengembangkan strategi mitigasi yang lebih efektif dalam mengelola perdagangan ikan yang terus berkembang ini,” pungkas Reza Pratama.
Kolaborasi antara mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University dengan mahasiswa dari universitas lain dalam 4th Indonesia Shark and Ray Symposium ini membuktikan bahwa kerja sama lintas institusi sangat bermanfaat. Selain memperkaya hasil penelitian, kolaborasi ini juga memperkuat hubungan akademik dan profesional di antara mahasiswa, yang pada akhirnya berkontribusi pada upaya konservasi dan pengelolaan sumber daya perikanan di Indonesia. (DER/ASW/Rz)