Dukung Program Konservasi Satwa Liar Dugong dan Kelelawar, Guru Besar IPB University Berikan Rekomendasi
Guru Besar tetap Sekolah Kedokteran hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University, Prof Aryani Sismin Satyaningtijas, M.Sc mengungkapkan peran dan manfaat ilmu faal dalam konservasi hewan dugong dan kelelawar. Ia menjelaskan Satwa liar adalah hewan yang hidup bebas di alam dan perlu dilindungi.
“Satwa liar seperti dugong dan kelelawar perlu dilindungi karena adanya ancaman keberlangsungan hidup yang berdampak pada penurunan populasi, perburuan ilegal, perubahan iklim, kerusakan lingkungan dan kejadian penyakit. Satwa liar juga dilaporkan memiliki potensi sebagai sumber penularan penyakit (reservoir) yang mendorong kejadian penyakit zoonosis pada hewan dan manusia,” ungkapnya dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University, 5/5.
Ia memaparkan, permasalahan tersebut harus menjadi perhatian dalam pengelolaan program konservasi satwa liar di Indonesia. Ilmu Faal (fisiologi) memiliki peran penting dalam pengelolaan konservasi satwa liar, khususnya terkait penurunan populasi melalui kegiatan penelitian nilai baku faal
“Satwa liar sebagai standard untuk menentukan status kesehatan. Nilai baku faal dapat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal seperti Iklim, kondisi pemanasan global dan lingkungan internal seperti kejadian penyakit, sehingga pemeriksaan nilai baku faal menjadi penting bagi zona nyaman satwa,” jelas Prof Aryani saat Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar pada 5/6 secara daring.
Prof Aryani juga menyebutkan bahwa penentuan nilai baku faal penting sebagai early warning system dari adanya suatu perubahan lingkungan akibat pergeseran parameter iklim yang mendorong nilai kenyamanan habitat (Comfortable zone) bagi satwa liar. Ilmu faal juga berperan sebagai upaya mitigasi dan adaptasi satwa liar terhadap potensi penularan penyakit zoonosis.
“Nilai baku faal berguna dalam mendukung pelestarian hewan sehingga dapat beradaptasi dan hidup lebih lama dengan menjaga kesehatannya dan mencegah penyakit,” ungkap Prof Aryani.
Ia merekomendasikan dua hal penting dalam mendukung program konservasi satwa liar di Indonesia. “Pertama, perlu adanya upaya menekan penurunan populasi melalui penentuan nilai baku faal satwa. Kedua, perlu adanya upaya menekan potensi kejadian zoonosis pada migrasi satwa liar, secara rapid test pada habitat atau area konservasinya.