Antisipasi Kecelakaan Kerja, KMR IPB University Dorong Laboratorium Terapkan SOP K3 Berbasis Manajemen Risiko

Antisipasi Kecelakaan Kerja, KMR IPB University Dorong Laboratorium Terapkan SOP K3 Berbasis Manajemen Risiko

Antisipasi Kecelakaan Kerja, KMR IPB University Dorong Laboratorium Terapkan SOP K3 Berbasis Manajemen Risiko
Berita

Kecelakaan kerja di laboratorium pendidikan tak dapat dihindari. Namun, dengan penerapan standar operasional prosedur (SOP) keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berbasis manajemen risiko, kejadian-kejadian yang tak diinginkan di laboratorium dapat diantisipasi.

Dalam rangka mengantisipasi kecelakaan kerja di laboratorium, Kantor Manajemen Risiko (KMR) IPB University menggelar Workshop Penyusunan SOP K3 Laboratorium Pendidikan. Kegiatan ini bertujuan untuk menyusun dan melengkapi SOP K3 laboratorium yang ada di IPB University.

Kepala KMR IPB University, Ir Budi Purwanto, ME mengungkapkan, jumlah laboratorium yang banyak menjadi tantangan IPB University dalam menerapkan dan memastikan SOP K3 dijalankan di setiap laboratorium. Namun demikian, KMR IPB University berkomitmen semua laboratorium menerapkan dan menjalankan SOP K3 yang telah disusun.

Ia mengatakan, saat ini pihaknya sedang berusaha agar SOP K3 benar-benar diimplementasikan di setiap laboratorium. Itulah mengapa KMR IPB University menyelenggarakan workshop sebagai langkah menyusun dan mengimplementasikan SOP K3 di laboratorium pendidikan. Dengan dijalankannya SOP K3 di laboratorium, unit kerja atau perorangan akan menikmati cara kerja yang aman, sehat, dan sejahtera.

“Harapan kita bersama, SOP-nya sudah berbasis risiko. Jadi, bukan hanya berbasis proses SOP-nya, tapi juga prosesnya sudah dilihat risiko yang timbul melekat dari proses yang dijalankan itu apa saja, itu SOP kita. Bagi yang sudah ada perlu dicek kembali apakah risiko-risiko sepanjang prosesnya sudah diidentifikasi bahayanya, dilakukan asesmen risikonya, dan dirumuskan tindakan pengendaliannya,” katanya.

Budi menambahkan, tindakan pengendalian laboratorium mencakup dua hal. Pertama adalah pencegahan bahan berbahaya yang membahayakan saat bekerja. Kedua adalah pemulihan atau mitigasi. Mitigasi dilakukan jika pencegahan gagal dilakukan.

“Kita harus pastikan bahwa kita memang bekerja dengan bahan, alat, dan kondisi yang berbahaya, tapi risikonya sudah kita identifikasi dengan baik. Apabila pencegahan ini gagal, kita juga siap dengan pemulihan atau mitigasinya. Itu semua kita harapkan menjadi budaya kerja kita yang tertuang dalam SOP,” ujarnya.

SOP K3 merupakan prasyarat penting agar good laboratory practice (GLP) dapat berjalan. GLP penting untuk sistem manajemen risiko unit kerja. Menurut Budi, meskipun hanya menyusun dan menyesuaikan SOP, tapi sejatinya ini bagian dari misi besar sesuai tagline IPB University, ‘Inspiring Innovation with Integrity’.

“Output workshop hari ini adalah menghasilkan SOP yang baik, yang berbasis risiko, dan yang mudah dijalankan,” tutup Budi. (MHT/Rz)