Guru Besar IPB University Paparkan Pemanfaatan Teknologi Geospasial dalam Pengembangan Sistem Informasi
Indonesia sebagai negara yang berpenduduk besar menempatkan ketersediaan pangan sebagai isu strategis sehingga penyediaannya menjadi penting. Keberadaan lahan pertanian dan kebutuhan pangan yang terus meningkat mengharuskan pemahaman data lahan dan tanaman pertanian yang semakin baik. Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) karakter lahan dan tanaman dapat diketahui melalui teknologi geospasial.
Hal tersebut dijelaskan oleh Guru Besar Tetap Fakultas Pertanian (Faperta) IPB University, Prof Baba Barus pada Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar yang dilaksanakan secara daring pada 22/5. Prof Baba menjelaskan materi dengan judul “Teknologi Geospasial Untuk Inventarisasi, Pemantauan, dan Prediksi Sumberdaya Lahan Dan Tanaman Pertanian”.
Ia memaparkan, pengembangan konsep geospasial dapat digunakan untuk kegiatan inventarisasi dan pemantauan berbasis lahan pada ekosistem gambut. Secara konseptual metode penentuan batas Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) dengan teknologi geospasial di tahap awal adalah gagasan penting yang dikuantifikasi dan menjadi landasan kebijakan perlindungan ekosistem gambut.
“Pengembangan model pemetaan sifat tanah ini, juga dikembangkan untuk model kerusakan lahan, memanfaatkan data geospasial dalam menilai potensi kerusakan dari data kestabilan lereng yang dapat diakses, dan teknologi Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau drone,” ujar Prof Baba.
Lanjutnya, seiring perkembangan keilmuan geospasial, konsep ruang pemetaan lahan sawah dibuat kedalam unit petakan untuk mendapatkan variabilitas unit ruang yang jelas dan terukur. Konsep ini terus dikembangkan untuk perbaikan peta Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) diberbagai wilayah seperti Kabupaten Garut, Kabupaten Bogor, Kota Sukabumi, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Tangerang.
“Teknologi geospasial telah memasuki fase yang semakin mengedepankan ketelitian yang presisi dengan cakupan data yang lebih besar. Pemanfaatan wahana UAV atau drone dengan dukungan sensor multispektral dan thermal mampu mengamati secara terukur kerusakan lahan akibat penyakit, kekeringan dan banjir, serta orientasi pengembangan model deteksi dini,” jelasnya
Prof Baba mengungkapkan, beberapa aktivitas pemanfaatan teknologi geospasial diantaranya adalah Pengembangan Sistem Informasi LP2B di Kabupaten Tangerang, yaitu membuat aplikasi pertanian Sistem Informasi Pertanian Indonesia atau yang disebut sebagai SIPINDO.
“SIPINDO merupakan aplikasi berbasis android yang bisa diakses secara gratis dengan memberikan kemudahan akses informasi pertanian kepada petani atau pengguna lainnya. SIPINDO merupakan satu-satunya sistem layanan berbasis spasial dan dapat menjawab pertanyaan yang dibutuhkan masyarakat sebelum melakukan penanaman,” tutur Prof Baba.
Ia mengatakan, dalam aplikasi SIPINDO terdapat penjelasan mengenai cara-cara penanaman hingga pemupukan yang sesuai dengan lahan di wilayah tersebut. “Aplikasi tersebut sudah diunduh oleh lebih dari 100 ribu orang dan kami berharap teknologi ini semakin berkembang dengan versi yang lebih baik,” tutupnya. (Lp)