Himasper dan MSP Gelar Pelatihan Drone Operations, Terbang Indah di atas Telaga Inspirasi dan Gedung Rektorat IPB
Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (Himasper), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University menyelenggarakan rangkaian Aquatic Training Center (ATC) 2: Unveiling the Horizons: Comprehensive Program for Drone Operations, including Aquatic Mapping”.
Dudi Muhammad Wildan, SPi, MSi selaku dosen pembina Himasper IPB University menyampaikan, “Kegiatan ini diharapkan mampu merangsang minat dan membuka wawasan mahasiswa Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) IPB University dalam mengimplementasikan teknologi terhadap ilmu perairan dan pengelolaan ekosistem di Indonesia.”
Acara ini merupakan kolaborasi antara Himasper dan Departemen MSP IPB University. Tiga staf Departemen MSP IPB University yang telah memiliki lisensi Small Unmanned Aerial Vehicle Remote Pilot hadir sebagai pemateri sekaligus instruktur untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada para mahasiswa.
Ketiga instruktur tersebut adalah Ikhwan Nurcholis, SPi, Haris Munandar, SKom, dan Antoni, SPi. Selain memiliki lisensi remote pilot dari Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, ketiganya juga berpengalaman dalam pengambilan data foto udara dan pembuatan peta.
Sebagai upaya pengenalan terhadap pengoperasian drone dan dalam rangka memfasilitasi pelaksanaan kegiatan, tim instruktur memperkenalkan aplikasi berbasis web yang bernama Pilot IPB (https://msp.ipb.ac.id/pilot-ipb). Aplikasi ini menjembatani para peserta training untuk mengenal lebih banyak mengenai pengoperasian drone yang mengedepankan prinsip keamanan, disiplin dan tanggung jawab.
Dalam paparannya, Haris menekankan pentingnya faktor keamanan dalam menjalankan misi penerbangan. Ia turut mengarahkan seluruh peserta untuk mencoba simulator pilot drone sebelum menerbangkan drone secara langsung di area terbuka.
Seluruh peserta tampak serius dan antusias mengikuti rangkaian kegiatan, termasuk saat melakukan percobaan penerbangan drone di lapangan Telaga Inspirasi. “Kesempatan dalam mendapatkan ilmu dan pelatihan drone ini cukup langka,” ucap Fitrah Ramadan selaku Ketua Pelaksana acara.
Terkait akuisisi data, Ikhwan Nurcholis, SPi menyampaikan bahwa pemetaan menggunakan drone dan menerbangkan drone adalah dua hal yang serupa tapi tak sama. Setiap remote pilot yang memiliki kemampuan menerbangkan drone belum tentu mampu mengambil data foto udara dengan tepat untuk kebutuhan pemetaan.
“Seorang remote pilot yang melakukan akuisisi data dituntut mampu mengoperasikan drone secara manual untuk mengedepankan faktor keamanan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” jelasnya.
Antoni, SPi turut menyampaikan beberapa tips terkait pengolahan data foto udara menjadi bahan orthomosaic. Ia menyebut, seorang remote pilot akan memiliki nilai tambah jika ia mampu mengolah data yang telah diambilnya menjadi sebuah peta dasar. Tentunya hal ini akan sangat bermanfaat terutama dalam dunia kerja.
“Saat ini kebutuhan dunia usaha dan industri (DUDI), kementerian, swasta, maupun pemerintah daerah terhadap individu yang menguasai pengambilan data dan pengolahan peta sangatlah tinggi. Mengingat pengelolaan suatu kawasan tidak lepas dari manajemen spasial berbasis lingkungan, tentunya data citra terbaru sangat dibutuhkan dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan terhadap pengelolaan suatu kawasan,” ungkap dia. (*/Rz)