Fakultas Kedokteran IPB University Bantu Trauma Healing Siswa SMA Negeri 1 Ciampea
Musibah robohnya atap ruang kelas yang terjadi di SMA Negeri 1 Ciampea beberapa waktu lalu, meninggalkan trauma bagi siswa-siswi kelas XI-9 SMA Negeri 1 Ciampea. Sebagai bentuk kepedulian, Tim Kolaborasi yang terdiri dari Fakultas Kedokteran (FK) IPB University, Agrianita FK dan Rumah Sakit PMI Bogor berkunjung ke lokasi kejadian untuk membantu trauma healing para siswa.
Saat melakukan kunjungan ke lokasi kejadian, didapatkan informasi bahwa ada sebanyak tiga siswa yang telah mendapatkan penanganan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Leuwiliang Bogor dengan kondisi luka robek di tangan, luka di punggung dan bahu terkilir. Beberapa siswa memilih datang ke tukang urut dengan kondisi keseleo tangan dan punggung.
“Kami menyampaikan empati mendalam atas musibah ini. Kami berharap korban siswa yang terkena musibah dapat bangkit lagi, semangat untuk sekolah lagi,” ungkap perwakilan Dekan FK IPB University, dr Trisni Untari Dewi, SpFK saat kunjungan (25/3).
“Dan tentunya FK IPB University hari ini hadir untuk mengurangi ketidaknyamanan yang dialami siswa melalui kegiatan berbagi pengalaman bersama psikiater dari FK IPB University,“ tambahnya.
Narasumber yang hadir adalah dr Riati Sri H, MSc, SpKJ salah satu dosen FK IPB University dan psikiater di RS PMI Bogor. Dalam pemaparannya, ia berbagi terkait ‘Terapi Relaksasi untuk Mengatasi Stres’.
“Manusia selalu berdampingan dengan stres dan penyebab stres. Kondisi stres tersebut menuntut kita untuk beradaptasi terhadap kejadian stres. Penyebab stres bisa sama, tetapi respon individu bisa berbeda karena terdapat persepsi yang berbeda di masing-masing individu. Tentu saja diharapkan persepsi yang positif agar respon terhadap penyebab stres menjadi lebih adaptif,” jelasnya.
Terkait dengan musibah yang terjadi di SMA Negeri 1 Ciampea, narasumber menambahkan, munculnya perasaan cemas, takut dan sedih saat terjadinya musibah itu merupakan reaksi awal yang wajar.
“Namun, jika berkepanjangan dan sampai mengganggu pola tidur, pola makan, ketakutan berlebih, bahkan mengganggu produktivitas, kami menyarankan untuk datang ke profesional kesehatan jiwa agar mendapatkan penanganan yang lebih lanjut,” urainya.
Selain pemaparan materi, Tim Kolaborasi FK IPB University, Agrianita dan tim RS PMI Bogor juga melakukan terapi relaksasi massal kepada lebih dari 300 siswa-siswi kelas XI dan beberapa guru pengajar.
“Diharapkan dengan mengenal terapi relaksasi, siswa maupun guru mampu mempraktikkan sendiri di rumah dan mampu melakukan terapi awal secara mandiri saat menghadapi kondisi stres,” turut dr Riati.
Acara terapi massal dilanjutkan dengan sesi konsultasi terpisah dengan lima siswa yang terdampak langsung dengan musibah yang terjadi, didampingi wali kelas. Sesi ini bertujuan memberi ruang kepada siswa untuk mengekspresikan emosi di depan profesional sembari dilakukan penilaian medis tentang kondisi psikologis terkait musibah yang terjadi.
Berdasarkan sesi konseling, Tim Kolaborasi menyarankan untuk membawa salah satu siswa untuk konsultasi ke profesional kesehatan jiwa karena adanya perasaan takut yang berlebihan. Satu siswa lainnya disarankan untuk melakukan pemeriksaan kondisi fisik lebih lanjut akibat tertimpa reruntuhan.
“Kami sangat berterima kasih. karena setelah pertemuan hari ini, kami menjadi terpikirkan langkah tindak lanjut untuk siswa-siswi kami,” ungkap Trisnani, salah satu guru SMA Negeri 1 Ciampea. (dr Riati/Rz)