Pakar Padi IPB University Rumuskan Strategi Resiliensi Produksi Padi Nasional

Pakar Padi IPB University Rumuskan Strategi Resiliensi Produksi Padi Nasional

Pakar Padi IPB University Rumuskan Strategi Resiliensi Produksi Padi Nasional
Berita

Para pakar padi IPB University dari unsur Senat Fakultas Pertanian, Rumpun Periset Padi, dan dosen Mata Kuliah Politik Pertanian berdiskusi merumuskan strategi penguatan kemandirian padi nasional dalam Focus Group Discussion (FGD), Rabu (7/3). FGD bertajuk ‘Resiliensi Produksi Padi Nasional, Retrospeksi Swasembada’ digagas Fakultas Pertanian dan Rumpun Periset Padi IPB University.

“FGD ini bertujuan untuk menghimpun dan merumuskan pemikiran, pandangan dan saran dari para akademisi IPB University. Rumusannya akan disusun dan disampaikan sebagai policy brief dari IPB University sebagai upaya stabilisasi dan peningkatan produksi padi nasional untuk memperkuat kemandirian (swasembada) produksi padi nasional,” terang Prof Suryo Wiyono, Dekan Fakultas Pertanian IPB University.

Dalam forum ini, Prof Suryo mengemukakan program aksi implementasi membina petani padi dengan menggunakan varietas unggul IPB-3S dan IPB-9G di berbagai kabupaten di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ia mengusulkan pentingnya mengoptimalkan penggunaan lahan kering dan tadah hujan untuk produksi padi menggunakan varietas unggul yang adaptif.

Sementara, Dr Willy Bayuardi yang merupakan ahli pemuliaan tanaman, memaparkan berbagai inovasi varietas unggul yang dihasilkan IPB University sejak pelepasan varietas IPB-1R Dadahup hingga IPB-15S dengan potensi hasil yang tinggi dan berbagai keunggulannya.

“Ada interaksi antara varietas dengan lingkungan yang menjadi pertimbangan rekomendasi penggunaan varietas tertentu secara spesifik lokasi,” terang Dr Willy.

Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), Prof Bayu Krisnamurthi dalam paparan pemantiknya menyampaikan gambaran menyeluruh dan detail terkait situasi produksi padi global dan nasional serta faktor eksternal dan internal yang terkait. Sistem pasokan dan permintaan serta berbagai langkah operasional dalam upaya memenuhi ketercukupan, termasuk stabilisasi pasokan dan pengendalian harga beras turut dikemukakan Dirut Bulog secara gamblang di forum ini.

Dalam dialognya, Prof Bayu yang juga Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University juga mengamanatkan agar kampus dapat menyuarakan gagasan yang bukan hanya berorientasi instan/jangka pendek, melainkan yang bersifat strategis untuk penguatan kemandirian pangan jangka menengah dan panjang.

Sejalan dengan paparan Prof Bayu, Dr Ahmad Junaedi, Ketua Rumpun Periset Padi IPB University, menyampaikan urgensi untuk mengarusutamakan program peningkatan produksi melalui upaya paralel ekstensifikasi dan intensifikasi, disertai penguatan penyediaan benih unggul dan bermutu serta pemenuhan secara optimal sarana produksi serta infrastruktur yang diperlukan.

“Luas areal pangan khususnya sawah per kapita akan berimplikasi pada ketersediaan padi per kapita. Rasio ini sangat rendah di Indonesia, dibandingkan Thailand, Vietnam, Myanmar dan Bangladesh,” jelasnya.

Hal utama lainnya, lanjut dia, adalah strategi meningkatkan resiliensi sistem produksi padi dari kondisi fenomena anomali iklim seperti El nino dan La nina yang mengancam kemunduran musim tanam atau kegagalan panen karena kekeringan dan banjir.

Kepala Tani dan Nelayan Center IPB University, Prof Hermanu Triwidodo, yang juga anggota Senat Faperta mengungkap berbagai kondisi yang dialami petani saat ini. Ia berharap hak-hak petani dapat diperjuangkan demi perbaikan kesejahteraan dan penghargaan bagi mereka.

Prof Arif Hartono sebagai ahli kesuburan tanah dan pemupukan menyampaikan pengalamannya mendata status kesuburan lahan yang diindikasikan dengan pH tanah, kandungan C-organik, N, P-tersedia, dan K-tersedia di lahan sawah Provinsi Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Perlu penyesuaian antara kondisi kesuburan lahan dengan rekomendasi dan ketersediaan pupuk untuk dapat menghasilkan produktivitas yang optimal,” saran Prof Arif.

Menurut Prof Edi Santosa, Ketua Program Studi Agronomi dan Hortikultura IPB University, rumusan FGD yang disiapkan sebagai policy brief akan mencakup bahasan dan rekomendasi tentang strategi peningkatan produksi, baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi.

Di samping itu, policy brief tersebut juga memuat strategi peningkatan resiliensi produksi dari berbagai disrupsi faktor alamiah maupun non-alamiah, serta retrospeksi swasembada dengan menganalisis secara komprehensif berbagai aspek multidimensi untuk upaya pencapaian, penguatan atau kompromi yang diperlukan. (*/Rz)