PKSPL IPB University Dukung Status Perempuan Nelayan di Pesisir Kabupaten Demak
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University lakukan kunjungan di Kabupaten Demak, Jawa Tengah dalam rangka program FOCUS (Fisherfolk Empowerment for Climate Resilience and Sustainability) dengan beberapa yayasan pada 17/1. PKSPL IPB University juga menyempatkan berinteraksi dengan organisasi perempuan bernama Puspita Bahari yang dikenal menerima berbagai penghargaan baik lokal maupun nasional.
Puspita Bahari berdiri sejak tahun 2005, kemudian pada tahun 2022 secara resmi menjadi sebuah lembaga yang berbadan hukum dalam bentuk yayasan. Yayasan Puspita Bahari, saat ini telah memiliki sekitar 130 anggota yang semuanya perempuan yang berprofesi sebagai nelayan di kawasan pesisir Kabupaten Demak.
Masnuah, Ketua Yayasan Puspita Bahari menyampaikan bahwa saat ini status nelayan ini penting, karena di sana ada hak mereka yang harus dilindungi oleh undang-undang.
“Status tersebut juga merupakan bukti eksistensi perempuan yang secara sosial harus diakui. Perempuan-perempuan di Yayasan Puspita Bahari memang pada dasarnya adalah nelayan, yang menangkap ikan dan mengolah hasil tangkapan serta memiliki andil dalam hal kepemilikan terhadap alat produksi perikanan tangkap yakni kapal,” ungkap Masnuah.
Lanjutnya, penggunaan istilah ‘perempuan nelayan’ ini menjadi satu hal yang menjadi isu penting bagi Yayasan Puspita Bahari dan bahkan secara serius diperjuangkan. Pengakuan ini jelas tidak mudah dan harus diperjuangkan oleh para nelayan perempun di Desa Morodemak, lokasi Yayasan Puspita Bahari beraktivitas.
“Tidak semua orang, apalagi suami dan laki-laki mau mengakui bahwa perempuan nelayan itu ada, masih ada yang menyebut hal tersebut tabu atau rasa malu ketika seorang suami bekerja bersama istrinya di laut, sehingga para laki-laki masih sulit mengakui bahwa perempuan nelayan itu masih ada,” tambah Masnuah.
PKSPL IPB University dan mitra kerja dalam Konsorsium FOCUS menyambut Puspita Bahari menjadi salah satu model bagaimana perjuangan perempuan nelayan itu harus ditebalkan dan menjadi titik pijak untuk membangun ketahanan masyarakat pesisir secara inklusif.
“Puspita Bahari menjadi contoh bahwa perempuan tidak semata-mata meminta equal (setara) dengan laki-laki, melainkan perempuan pesisir memiliki kekuatan besar untuk membangun usaha-usaha kreatif, mandiri dan sekaligus berwawasan ekologis yang melek terhadap persoalan lingkungan di pesisir,” ucapnya Yoppie Christian, Peneliti PKSPL IPB University.
Ia melanjutkan, apa yang menjadi harapan perempuan nelayan di Puspita Bahari ini sesuai dengan tujuan FOCUS yakni untuk meningkatkan kesadaran tentang isu-isu seperti pengelolaan pesisir, ketahanan masyarakat pesisir terhadap perubahan iklim, serta gizi komunitas nelayan.
“PKSPL IPB University dan Puspita Bahari berharap agar program yang akan dijalankan sampai dengan tahun 2026 ini dapat membangun kemandirian nelayan dan tani agar bersama berdaya sekaligus memperkuat ketahanan masyarakat dalam menghadapi perubahan lingkungan dan iklim secara berkelanjutan,” ujar Yoppie.
Ia menambahkan, langkah pertama yang harus dilakukan dalam melaksanakan program ini adalah mendukung perempuan nelayan, agar dapat memberikan seluruh pemikiran dan tenaganya untuk kemajuan negeri ini. Program FOCUS bersama mitra dan masyarakat pesisir dan nelayan di Kabupaten Demak menjadi langkah penting dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan (*/Lp)