IPB University Bersama Siswa SMKN Compreng Bergerak Amankan Produksi Padi di Subang
Tidak mudah menanam padi pada musim hujan apalagi saat ini hujan yang turun masih tidak merata di berbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya pengamanan ekstra terhadap tanaman padi yang sudah ditanam.
Untuk mengamankan produksi padi tersebut, Kampung Inovasi IPB University di Desa Kiarasari, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang melaksanakan pengendalian hama penyakit dengan bio imunisasi dan pengumpulan kelompok telur. Kombinasi kedua teknologi hasil inovasi IPB University ini sudah teruji pada skala lapangan. Kegiatan dilakukan secara massal, yang mencakup 350 hektar tanaman padi dalam satu hamparan.
Prof Suryo Wiyono, Dekan Fakultas Pertanian IPB University mengatakan, “Dari segi teknologi ini adalah implementasi inovasi yang dimiliki IPB University kepada petani dalam skala yang cukup luas, kombinasi bio imunisasi merupakan teknologi pengendalian penggerek batang padi terbaik yang sudah teruji pada skala lapangan,” ujarnya.
Ia melanjutkan, kegiatan tersebut juga merupakan wahana belajar bagi mahasiswa IPB University dan siswa SMKN Compreng sebagai salah satu upaya untuk mendorong petani masa depan yang memiliki literasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang maju.
“Bio imunisasi dilakukan dengan kombinasi bakteri strain khusus dan cendawan endofit jenis khusus yang sudah teruji. Bio imunisasi dilakukan dengan perlakuan benih sehingga tanaman yang tumbuh akan lebih tahan terhadap hama dan penyakit seperti wereng coklat, penggerek batang dan penyakit blas,” ungkapnya.
“Selain bio imunisasi, dilakukan juga gerakan pengumpulan kelompok telur penggerek di persemaian. Gerakan ini dilakukan dengan kolaborasi mahasiswa IPB University, siswa SMKN Compreng, dan petani yang berjumlah kurang lebih 50 orang,” jelas Guru Besar bidang Proteksi Tanaman tersebut.
Dr Dewi Sartiami, dosen Departemen Proteksi Tanaman IPB University, yang juga merupakan tim Kampung Inovasi IPB University, menyatakan bahwa telur penggerek yang dikumpulkan akan dibiakkan di laboratorium, kemudian akan dilepas parasitoid yang muncul untuk memperkuat pengendali hayati yang ada di sawah.
“Pada musim musim sebelumnya penggerek batang batang padi kuning (Scirpophaga incertulas) merupakan hama padi yang paling merusak di daerah tersebut dan kawasan Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat pada umumnya. Penerapan inovasi ini dalam skala luas diharapkan selain akan berkontribusi dalam penyelamatan produksi padi di kawasan tersebut,” tutur Dr Dewi. (*/Lp)