Prof Sri Pujiyati Ungkap Teknologi Akustik untuk Eksplorasi Biodiversitas Kelautan

Prof Sri Pujiyati Ungkap Teknologi Akustik untuk Eksplorasi Biodiversitas Kelautan

Prof Sri Pujiyati Ungkap Teknologi Akustik untuk Eksplorasi Biodiversitas Kelautan
Riset

Prof Sri Pujiyati, Pakar Teknologi Kelautan IPB University menjelaskan penggunaan teknologi akustik untuk eksplorasi biodiversitas kelautan. Dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University (14/12), Prof Sri menyebut, teknologi akustik mampu meng-cover wilayah yang luas dalam waktu yang relatif singkat.

Selain itu, manfaat teknologi akustik lainnya adalah biaya yang lebih murah dan tidak berbahaya. Teknologi ini juga mampu memberi informasi yang real time dan tentunya memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

“Teknologi akustik aktif menggunakan pemancaran dan transmisi aktif gelombang suara untuk mendeteksi target yang ada di permukaan hingga dasar perairan,” ujar Prof Sri saat konferensi pers melalui Zoom Meeting.

Guru Besar IPB University Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) ini menjelaskan, instrumen akustik aktif dapat memperoleh informasi tentang target kecil seperti plankton, nekton, ikan pelagis, ikan demersal, serta dapat digunakan untuk eksplorasi dasar perairan.

“Selain akustik aktif, ada juga instrumen akustik pasif yang dapat digunakan untuk mendapatkan karakteristik suara lingkungan dan biota bawah air. Penggunaan akustik pasif dengan alat perekam suara sebagai elemen utamanya,” tambahnya.

Penelitian dengan teknologi akustik yang dilakukan Prof Sri di perairan Teluk Ambon dan Teluk Yos Sudarso mampu menggambarkan gerombolan plankton semakin besar. Teknologi akustik juga memberikan sinyal ikan demersal dari hasil penelitian di Laut Jawa, Belitung dan Nunukan.

“Hasilnya menunjukkan bahwa ikan demersal di perairan dangkal lebih besar dibandingkan perairan dalam. Hal ini berbanding terbalik dengan nilai hambur balik ikan tunggal,” jelasnya.

Selain itu, Prof Sri juga mengulas tentang teknologi bioakustik yaitu perekaman suara dari lingkungan maupun dari biota seperti mamalia maupun ikan dengan menggunakan instrumen akustik pasif.

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa suara lumba-lumba, ikan sidat, ikan nila memiliki rentang frekuensi suara yang berbeda-beda. Bahkan untuk ikan sidat dengan fase yellow maupun ikan sidat dengan fase elver juga memiliki rentang frekuensi suara yang berbeda.

Prof Sri menyebut, kemajuan pemanfaatan instrumen akustik di semua bidang kelautan maupun perikanan di Indonesia semakin banyak dan aplikasinya semakin luas. Menurutnya hal itu perlu terus didorong dengan pengembangan perangkat keras (hardware) seiring dengan perkembangan elektronik, maupun perangkat lunak (software) serta kemajuan algoritma kecerdasan buatan.

“Selain itu, perlu kerja sama setiap instansi yang terkait untuk penelitian dengan memanfaatkan akustik bawah air agar dapat mempercepat terwujudnya pengembangan Benua Maritim Indonesia (BMI),” tandasnya. (dh/Rz)