Mahasiswa IPB Lakukan Pemetaan Luasan Sebaran Lamun dengan Drone Multispectral di Kabupaten Tolitoli

Mahasiswa IPB Lakukan Pemetaan Luasan Sebaran Lamun dengan Drone Multispectral di Kabupaten Tolitoli

Mahasiswa IPB Lakukan Pemetaan Luasan Sebaran Lamun dengan Drone Multispectral di Kabupaten Tolitoli
Student Insight

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University mengadakan Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) batch 2 tahun ajaran 2022/2023 di Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah.

Sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya, saat ini misi utama PKMM Departemen ITK IPB University adalah inkubasi teknologi berupa alat pemantau cuaca maritim yakni Automatic Weather Station (AWS) yang dilakukan secara tetap dan paten pada masing-masing lokasi penelitian.

Kelompok magang mahasiswa IPB University di Kabupaten Tolitoli ditempatkan di dua desa, yaitu Desa Malala dan Desa Lalos. Selama kegiatan, mahasiswa bekerja sama dan bermitra dengan pemerintah desa setempat serta Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokwasmas) Desa Malala.

Pada paruh pertama kegiatan magang, mahasiswa melakukan pemetaan luasan lamun menggunakan drone multispectral, mengidentifikasi dan memvalidasi menggunakan transek dan roll meter, serta melakukan tagging HPLD pada beberapa titik di Desa Malala.

Ketua Pokwasmas, Amin mengatakan bahwa di Desa Malala masih banyak ditemui biota eksotis seperti dugong, penyu, ikan endemik atau bahkan buaya air asin. “Jika ingin meneliti tentang dugong harus bangun subuh-subuh, karena dugong kalau cari makan pagi buta,” ujarnya.

Kondisi laut Tolitoli memang masih sangat indah. Dilihat dari bentangan luasnya padang lamun, beragamnya biota laut dan cantiknya warna terumbu karang yang beragam membuat Tolitoli menjadi destinasi wisata laut dan menjadi tujuan dari penelitian biota dan ekosistem.

“Kami melakukan pengambilan data lamun, habitat dugong serta meneliti tentang daerah konservasi penyu dan tempat penyu bertelur,” ungkap Dwiky, salah satu mahasiswa IPB University saat menceritakan kegiatan selama di Tolitoli.

“Desa Malala sangat indah apalagi jika dilihat dari atas,” ujar Robubie yang juga peserta magang.

Di samping itu, guna menunjang kegiatan masyarakat desa yang mayoritas adalah nelayan, mahasiswa IPB University melakukan pemasangan AWS di pelabuhan perikanan Desa Malala secara paten dan tetap.

Proses tersebut dibantu oleh beberapa masyarakat desa. Sebelumnya, mahasiswa IPB University juga melakukan focus group discussion (FGD) serta sosialisasi mengenai AWS ke masyarakat desa.

“Perangkat ini digunakan untuk melakukan perekaman dan pemindahan data MetOcean atau parameter cuaca di pesisir dan laut secara real-time agar dapat diakses melalui website,” jelas Dwiky, salah satu mahasiswa IPB University yang mengikuti magang PKKM.

Al Imran A Samad, Kepala Desa Malala sangat bersyukur atas kedatangan para mahasiswa IPB University yang telah memberikan bantuan berupa alat pemantau cuaca. Pastinya, kata dia, alat tersebut akan berguna bagi kegiatan masyarakat Desa Malala karena selama ini kalau ingin melaut hanya mengandalkan angin.

“Tolitoli hanya ada satu desa yang memiliki AWS, di Desa Lalos (dekat bandara). Sekarang Malala juga punya. Harapannya, ini dapat meningkatkan keselamatan pada pelayaran,” ujarnya.

Pemerintah desa juga berharap untuk kedatangan dan kerja sama dengan IPB University bisa terus berlanjut. Jika ada penelitian di kemudian hari, ia berharap agar dipusatkan di Malala, karena Malala memiliki potensi yang sangat besar yang masih dapat dimaksimalkan. (*/Rz)