IPB University Bersama UNEP dan Bappenas RI Gelar High Level Meeting TEEBAgrifood Indonesia

IPB University Bersama UNEP dan Bappenas RI Gelar High Level Meeting TEEBAgrifood Indonesia

IPB University Bersama UNEP dan Bappenas RI Gelar High Level Meeting TEEBAgrifood Indonesia
Berita

IPB University bersama The United Nation Environment Programme (UNEP) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) RI menyelenggarakan High Level Meeting TEEBAgrifood Indonesia.

Kerja sama antara IPB University, Bappenas dan UNEP pada kegiatan The Economics of Ecosystem and Biodiversity for Agriculture and Food Initiative in (TEEBAgriFood) Indonesia saat ini memasuki tahap akhir setelah berjalannya program selama dua tahun.

Kegiatan ini bertujuan untuk memaparkan hasil kajian dari TEEBAgriFood Indonesia kepada pemangku kepentingan, khususnya terkait agroforestri pada komoditas kakao dan kopi. Pertemuan tersebut juga untuk mendapatkan pandangan dan upaya tindak lanjut dari rekomendasi kebijakan yang telah dirumuskan untuk mendukung kemajuan dan keberlanjutan komoditas kakao dan kopi di Indonesia.

UNEP mengeluarkan sebuah kerangka analisis yang sangat komprehensif, yaitu TEEBA framework, kerangka yang digunakan untuk menganalisis kompleksitas dari persoalan-persoalan terkait food dan agriculture. Kerangka yang kompleks ini memiliki keterkaitan khusus pada beberapa aspek, seperti natural capital, produced capital, human capital maupun social capital.

“Untuk menerjemahkan TEEBA framework dalam memahami kompleksitas sistem pangan dan pertanian, tim membuat alur/skema menggunakan pendekatan causal loop diagram dan system thinking, yakni dengan melihat dari aspek biodiversity, produksi, sosial ekonomi, value chain, intervensi-intervensi yang dapat dilakukan dalam jangka pendek, menengah dan panjang agar kedua komoditas ini tetap menjadi andalan selain juga memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap jasa ekosistem,” ujar Prof R Nunung Nuryartono, ketua peneliti TEEBAgriFood Indonesia.

Turut hadir dalam forum tersebut, Koordinator TEEB dan Kepala Unit Ecosystem Services Economics UNEP, Dr Salman Hussain. Ia mengungkapkan bahwa kajian TEEB yang dilakukan di Indonesia merupakan studi yang paling kuat yang pernah UNEP lakukan. Setidaknya ada enam atau tujuh modelling yang berbeda yang sudah dilakukan.

“Berdasarkan kerangka kerja TEEB, Indonesia sebagai contoh yang luar biasa untuk menangani masalah sistem pangan dan pertanian yang ada. Dari UN food system summit, terdapat koalisi dari pertanian dan nilai pangan. Kita ingin memberitahukan kepada komunitas global tersebut mengenai implementasi serta peran UNEP dalam rangka keberlanjutan program TEEB,” ungkapnya.

Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan terpilih sebagai lokasi studi untuk kakao.
Menurut Bupati Luwu Utara, Hj Indah Putri, hasil kajian kakao tersebut sangat berarti, terutama untuk terus mendorong kakao agroforestri. Hal itu sejalan dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan.

“Kami berharap dari kajian ini dapat segera ditransfer ke pemerintah daerah untuk menjadi bahan dalam tahapan implementasi peta jalan kakao lestari di Kabupaten Luwu Utara,” ucap Hj Indah Putri Indriani, SIP, MSi, Bupati Luwu Utara.

Sementara lokasi studi untuk komoditas kopi adalah Kabupaten Tanggamus, Lampung dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Wakil Bupati Bandung, Sahrul Gunawan mengatakan bahwa pelaksanaan kajian TEEB di Bandung dapat mendorong peningkatan produktivitas kopi di sana.

“Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa tantangan dan peluang ke depan juga pasti ada, seperti tuntutan kuantitas maupun kualitas pada produksi kopi yang seharusnya menjadi dasar dalam mengembangkan kopi yang berkelanjutan,” tandasnya. (*/Rz)