IPB University Bersama Empat Perguruan Tinggi dan SASPRI Nasional Deklarasikan Berdirinya Agisprina

IPB University Bersama Empat Perguruan Tinggi dan SASPRI Nasional Deklarasikan Berdirinya Agisprina

IPB University Bersama Empat Perguruan Tinggi dan SASPRI Nasional Deklarasikan Berdirinya Agisprina
Berita

Bertepatan dengan hari ulang tahun ke-50 Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3) IPB University bersama empat perguruan tinggi lainnya mendeklarasikan berdirinya organisasi Aliansi Strategis Pengelola Sekolah Pemberdayaan Rakyat Indonesia (Agisprina), Sabtu (16/12).

Pendirian Agisprina diinisiasi oleh para akademisi dari IPB University, Universitas Islam Kadiri (Uniska), Universitas Tadulako (Untad), Universitas Papua (Unipa) dan Politeknik Negeri Fakfak (Polinef) serta perkumpulan Solidaritas Alumni Sekolah Peternakan Rakyat Indonesia (SASPRI).

Secara kebetulan juga, kelima PT tersebut mewakili wilayah Indonesia Bagian Barat (IPB University), Tengah (Untad), Timur (Unipa) juga mewakili perguruan tinggi swasta (Uniska) dan perguruan tinggi nonuniversitas (Polinef).

“Terbentuknya Agisprina menunjukkan bahwa IPB University tidak lagi sendiri sebagai penyelenggara program pembelajaran partisipatif SPR di Indonesia. Empat perguruan tinggi lainnya telah dapat menjadi penyelenggara SPR setelah memperoleh lisensi dari IPB University sebagai pemilik Hak Ciptaan SPR-1111,” terang Prof Muladno, sosok penggagas SPR.

Prof Muladno yang juga Kepala PSP3 IPB University itu mengurai, transfer inovasi kelembagaan SPR-1111 dilaksanakan pertama kali pada 16-18 Maret 2022 di Bogor. Kemudian berikutnya pada tanggal 12-16 Desember 2023 di Bogor. Ia mengharapkan pada tahun-tahun berikutnya transfer inovasi tersebut dapat terus digalakkan.

“Perbanyakan jumlah perguruan tinggi penyelenggara SPR perlu dilakukan. Dengan begitu, upaya mempercepat dan memperbanyak komunitas rakyat agromaritim yang terdidik dan terkonsolidasi dapat dilakukan secara lebih murah, lebih efisien dan lebih mudah dengan tetap menjaga kualitas para alumninya,” jelas dia.

Alumni SPR yang tergabung dalam SASPRI sampai akhir 2023 ini telah tersebar di 33 komunitas yang berlokasi di 12 kabupaten di Indonesia. Tahun 2024 nanti akan diwisuda lagi sekitar 10 komunitas.

Prof Muladno menyampaikan, SPR-1111 (Sekolah Peternakan Rakyat) yang diawali pada 6 Mei 2013 terus berkembang menjadi Sekolah Pemberdayaan Rakyat dengan beberapa varian yaitu SPR-1111 (peternakan), SPR-0109A (perkotaan), SPR-0109U (perkampungan) dan SPR-0301 (pertanian).

“Tahun 2024 akan dilahirkan varian baru yaitu SPR perikanan. Tidak menutup kemungkinan akan terbentuk juga SPR perkebunan, SPR perhutanan dan SPR-SPR lainnya,” lanjutnya lagi.

Di sisi lain, kata Prof Muladno, perkumpulan alumni SPR juga akan membentuk solidaritas tersendiri tetapi tetap dalam wadah SASPRI yang bertransformasi menjadi Solidaritas Alumni Sekolah ‘Pemberdayaan’ Rakyat Indonesia.

“Perkembangan tersebut mengindikasikan bahwa program pembelajaran partisipatif ini telah berhasil dan berdampak luas pada komunitas rakyat agromaritim di Indonesia. Perubahan yang terjadi adalah dari rakyat agromaritim berkarakter individual tradisional menjadi berkarakter profesional kolektif berjamaah,” ulasnya.

Dalam deklarasinya, Agisprina hanya fokus memberdayakan dan mengembangkan komunitas rakyat agromaritim yang tergabung dalam SASPRI saja untuk berpartisipasi aktif mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.

Deklarasi ini akan dilanjutkan dengan kegiatan esensial lainnya yang meliputi penyusunan anggaran dasar-anggaran rumah tangga (AD-ART) dan sejumlah atribut organisasi yang diperlukan. Karena pola organisasi Agisprina bersifat otonomi-koordinatif maka tidak ada ketuanya.

“Untuk pertama kalinya, IPB University menjadi Sekretaris Jenderal Agisprina, sedangkan empat perguruan tinggi lainnya masing-masing menjadi koordinator aliansi bidang pengembangan tetrahelix, aliansi bidang pengembangan kawasan riset dan inovasi teknologi, aliansi bidang pengembangan iptek dan aliansi bidang pengembangan ekonomi kreatif. Selamat dan sukses Agisprina di Indonesia,” pungkas Prof Muladno. (*/Rz)