IPB University Ajak Refleksi Evolusi dan Prestasi Kemahasiswaan IPB Pasca 60 Tahun
Perjalanan IPB University sejak masa lalu hingga saat ini tidak luput dari peran penting mahasiswa. Untuk itu, IPB University menggelar acara Refleksi 60 Tahun Kemahasiswaan: Membangun Generasi Techno-sociopreneur Leader (20/12).
Refleksi tersebut disampaikan oleh Prof Arif Satria, Rektor IPB University dan Prof Syafrida Manuwoto, penulis utama buku Sejarah Kemahasiswaan IPB.
Prof Syafrida menceritakan dari perspektif sejarah kemahasiswaan IPB yang terdiri dari tiga bagian. Bagian tersebut adalah sejarah gerakan mahasiswa, acuan peraturan pembinaan organisasi kemahasiswaan (ormawa) dan periode pra-IPB.
“Kemahasiswaan IPB University telah mencapai puncak prestasi yang membanggakan, terutama dengan diraihnya penghargaan Abdidaya Ormawa selama tiga tahun. Prestasi tersebut merupakan titik berat pengabdian dan pemberdayaan masyarakat yang sudah ada pada DNA warga IPB University,” tuturnya.
Buku Sejarah Kemahasiswaan IPB berisi catatan masa lalu yang berkaitan dengan kehidupan mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi, khususnya IPB. Pembaca juga akan dibawa untuk melihat kilas balik periode pra-IPB, melewati masa orde baru (orba) hingga masa kini.
“Salah satu fungsi melihat sejarah kemahasiswaan dari masa ke masa demi mengenal jati diri mahasiswa sebagai pribadi, sebagai warga IPB University, sebagai warga masyarakat dan sebagai bangsa. Gelora perjuangan perlu dibangun dalam pembinaan kemahasiswaan IPB University melebihi 60 tahun usianya,” ujarnya.
Prof Arif menyebut, disusunnya buku Sejarah Kemahasiswaan IPB sangat penting. Sebab, buku tersebut menjadi dasar visualisasi pendirian Museum dan Galeri Future IPB. Catatan masa lalu itu menurutnya dapat membangkitkan gelora mahasiswa generasi masa kini untuk turut berperan dalam ormawa secara global.
“Semangat mahasiswa untuk mengikuti kepanitiaan dan kegiatan internasional harus terus didorong agar mampu menggebrak peran IPB University di level global,” paparnya.
Ia turut menceritakan pengalaman hidupnya semasa kuliah. Semangatnya menyukseskan perintisan ormawa International Association of Students in Agricultural and Related Sciences (IAAS) merupakan bentuk investasi masa lalu yang patut dicontoh.
Upayanya tersebut didasari niatnya untuk mengukir sejarah baru dan membangun tonggak sejarah baru sebagai mahasiswa. Rektor mengatakan, mahasiswa perlu memiliki niatan serupa demi menciptakan dampak positif besar melalui berbagai bentuk legacy.
“Mahasiswa di dunia ketiga hanyalah orang-orang terdidik yang memiliki informasi yang lengkap sehingga keterlibatan mahasiswa dalam proses demokrasi sangat penting,” terang Prof Arif.
Kematangan demokrasi membutuhkan peran mahasiswa yang memiliki skill techno-sociopreneur. Dalam 20 tahun ke depan, ia meneruskan, Indonesia masih memerlukan ragam demokrasi yang salah satunya diawali oleh organisasi mahasiswa.
“Maka dari itu kita membentuk kebijakan kurikulum K2020 yang menjadikan ormawa sebagai salah satu bagian kurikulum dan learning outcome sehingga kita mampu menciptakan lulusan yang bersifat pemimpin dan prestasi yang luar biasa,” kata dia. (MW/Rz)