Guru Besar IPB University Manfaatkan Metode Mutakhir di Bidang Ekofisiologi, Temukan Tanaman Potensial
Guru Besar IPB University, Prof Triadiati memanfaatkan metode mutakhir di bidang ekofisiologi untuk menemukan kandidat tanaman potensial. Ekofisiologi tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari mekanisme fisiologi yang menggambarkan interaksi antara tumbuhan dan komunitas tumbuhan dengan lingkungan fisik, kimia, dan biologinya.
“Adanya interaksi tersebut akan menyebabkan tumbuhan melakukan penyesuaian fisiologi dengan faktor maupun komponen lingkungan tertentu agar dapat bertahan pada lingkungan tersebut,” kata Prof Triadiati, pakar Ilmu Tumbuhan IPB University saat berlangsung Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar, 14/12 yang digelar secara daring.
Dengan demikian, katanya, setiap tumbuhan yang hidup pada suatu habitat yang berbeda akan mempunyai mekanisme fisiologi yang berbeda, meskipun merupakan spesies yang sama. Perbedaan respons fisiologi ini dapat digunakan sebagai ciri untuk mendapatkan tanaman potensial melalui proses seleksi berdasarkan kriteria tertentu yang dikehendaki.
“Kriteria tanaman potensial dalam bahasan ini dibatasi dengan kemampuan tanaman tumbuh di lingkungan tertentu yang sekaligus menghasilkan metabolit sebagai penanda yang dapat dimanfaatkan oleh manusia,” ujarnya.
Adapun teknologi mutakhir yang digunakan di antaranya adalah bioimaging dan omics. Prof Triadiati menjelaskan, bioimaging sudah diterapkan pada penelitian ekofisiologi tumbuhan pada berbagai aspek. Aspek tersebut termasuk untuk menentukan kemampuan hidup dan pertumbuhan tumbuhan maupun tanaman pada ketersediaan air yang berbeda.
Dosen IPB University itu menjelaskan, penerapan metode bioimaging pada ekofisiologi tumbuhan dapat dilakukan untuk menentukan nilai konduktivitas hidrolik (Kh) pembuluh xilem. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui dan menentukan kemampuan tanaman terhadap ketersediaan air.
“Penelitian penentuan nilai Kh dengan metode bioimaging yang telah kami lakukan di antaranya ialah diperoleh spesies tumbuhan yang sesuai untuk lahan gambut yang tanahnya jenuh air. Selain itu diperoleh data bahwa kelapa sawit dan pohon karet yang merupakan tanaman perkebunan mempunyai kemampuan yang berbeda saat berada pada tanah jenuh air,” kata Prof Triadiati, dosen IPB University dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selain bioimaging, katanya, metode lain yang telah diterapkan pada ekofisiologi tumbuhan ialah ‘omics’, khususnya metabolomik. Metode ini digunakan untuk seleksi dan menentukan tanaman potensial berdasar penanda metabolit. Apabila menggunakan metode ini akan diperoleh tanaman potensial yang dapat menghasilkan metabolit yang bermanfaat untuk manusia. Oleh karena itu, ekofisiologi di era ’omics’ disebut dengan ekofisiolomik.
“Beberapa hasil penelitian terkait ekofisiolomik yang telah kami lakukan ialah didapatkan aksesi akar wangi, kencur, murbey yang tahan terhadap cekaman lingkungan sekaligus menghasilkan metabolit yang dapat dimanfaatkan oleh manusia,” kata Prof Triadiati.
Ia menegaskan, dengan penerapan metode bioimaging dan ‘omics’ pada ekofisiologi tumbuhan, maka upaya mendapatkan tanaman potensial dengan karakter fisiologi tertentu menjadi lebih cepat. Dengan menerapkan dua metode tersebut, kami telah mendapatkan tanaman-tanaman potensial dengan karakter yang diinginkan.