Dosen Mengabdi Inovasi IPB University Latih Nelayan Cirebon Kembangkan Tiga Pilar Perikanan Berkelanjutan

Dosen Mengabdi Inovasi IPB University Latih Nelayan Cirebon Kembangkan Tiga Pilar Perikanan Berkelanjutan

Dosen Mengabdi Inovasi IPB University Latih Nelayan Cirebon Kembangkan Tiga Pilar Perikanan Berkelanjutan
Berita

Tim Dosen Mengabdi Inovasi IPB University yang terdiri dari Dr Mustaruddin, Prof Gondo Puspito dan Prof Mulyono mengadakan pelatihan dan sosialisasi konsep pengelolaan perikanan berkelanjutan kepada nelayan dan masyarakat perikanan di Desa Citemu, Cirebon, Jawa Barat.

Terdapat tiga pilar konsep perikanan berkelanjutan yang diangkat, yaitu pengayaan stok, pengembangan teknologi dan prinsip penangkapan ikan ramah lingkungan serta pengembangan kemitraan untuk penguatan usaha perikanan.

Sebelumnya, dilakukan survei guna penggalian informasi tentang jenis ikan yang banyak ditangkap nelayan dan lokasi penangkapannya. Berdasarkan informasi dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan, kelompok cumi-cumi adalah jenis yang paling banyak ditangkap saat ini dengan lokasi penangkapan sekitar perairan Cirebon. Jenis lainnya adalah layang, layur dan kembung. Selain itu, penjualan ikan hasil tangkapan masih dilakukan kepada bakul sehingga harga jual masih ditentukan sepihak.

Pada pelatihan tersebut (6/12), tim Dosen Mengabdi Inovasi IPB University menyampaikan teknis pengayaan stok menggunakan atraktor cumi-cumi. Atraktor tersebut dapat menarik cumi-cumi untuk bertelur dan menempelkannya pada tali rumbai atraktor sehingga membentuk populasi baru dan mengundang jenis-jenis ikan lainnya.

Pelatihan berlanjut dengan paparan teknologi dan prinsip penangkapan ikan ramah lingkungan oleh Prof Gondo Puspito, pakar teknologi alat penangkapan ikan di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University.

Prof Gondo menjelaskan bahwa penangkapan ikan dapat ditingkatkan hasilnya tanpa menimbulkan kerusakan pada ekosistem perairan, yaitu dengan modifikasi struktur alat tangkap, pemasangan alat bantu dan modifikasi teknik operasi penangkapan ikan.

Modifikasi tersebut efektif dilakukan pada bubu lipat, trammel net dan jaring insang. Jaring insang dapat ditingkatkan hasil tangkapan ikannya dengan pengaturan jumlah lampu atraktor dan intensitas penerangannya, meskipun dioperasikan secara diam. Operasi secara diam dapat mengurangi destruksi alat tangkap terhadap ekosistem perairan, sehingga lebih ramah lingkungan.

“Modifikasi alat tangkap perlu diikuti dengan perubahan pandangan dan prinsip dalam melakukan operasi penangkapan ikan. Alat tangkap menjadi destruktif bila dalam operasinya kita serakah ingin menangkap apa saja dan merusak habitat ikan untuk mendapatkan hasil tangkapan maksimal,” cetus Prof Gondo.

Kegiatan ini melibatkan mitra dari Koperasi Mina Mandiri Jaya dan aparat Desa Citemu. Pada sesi pengembangan kemitraan, Dr Mustaruddin menyatakan bahwa penguatan kemitraan nelayan dapat menjamin keberlanjutan usaha perikanan. Tidak hanya dari sisi operasi penangkapan, tetapi juga dalam pemasaran ikan hasil tangkapan. Nelayan akan mendapat kepastian harga dan jangkauan pemasaran yang lebih luas.

“Kemitraan tersebut dapat dikembangkan nelayan dengan koperasi perikanan, industri, restoran hingga pelaku ekspor perikanan. Mitra memberi bantuan modal dan teknologi dan nelayan memasok ikan, bahkan menjadi pekerja atau pelaku distribusi yang bersifat part time,” ujar Dr Mustaruddin yang aktif mengajar di Departemen PSP IPB University.

Halim, Ketua Koperasi Mina Mandiri Jaya menyambut baik gagasan tersebut. Ia berencana mengembangkan beberapa bidang usaha yang melibatkan nelayan atau keluarga nelayan.

“Kami bersyukur jadi tahu bahwa banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mempertahankan pekerjaan kita sebagai nelayan. Bisa dengan memperkaya stok ikan, memodifikasi alat tangkap, bahkan dengan membangun kemitraan yang menguatkan posisi kita sebagai nelayan,” ujar Sutirno, salah satu tokoh nelayan di Desa Citemu.

Pada kegiatan Dosen Mengabdi Inovasi tersebut, juga dibentuk Lembaga Kemitraan Perikanan Berkelanjutan. Pengurus lembaga kemitraan ini berjumlah lima orang, yaitu ketua (Sutirno), wakil ketua (Halim) dan tiga koordinator bidang (Wasna, Muhajir dan Pera).

Dr Mus menjelaskan bahwa lembaga ini merupakan wadah kolektif nelayan untuk menyuarakan prinsip-prinsip pengelolaan perikanan berkelanjutan sekaligus penguat posisi nelayan dalam membangun kemitraan dengan pihak industri, investor dan lainnya.

“Lembaga tersebut berada dalam pemantauan dan pembinaan tim Dosen Mengabdi Inovasi IPB University, sehingga berbagai program pengabdian ke depan di Cirebon diupayakan disasar pada Lembaga Kemitraan Perikanan Berkelanjutan tersebut,” ujarnya. (*/Rz)