Dosen IPB University Paparkan Beragam Alternatif Akses Pembiayaan Usaha Tani di Mbay, Nagekeo
Tim Dosen Mengabdi Inovasi IPB University dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) memberikan edukasi terkait akses pembiayaan pertanian kepada para petani di Mbay, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Mereka adalah Prof Firdaus, Dr Tanti Novianti, Dr Nia Kurniawati Hidayat dan Titin Suhartini, SE.
“Akses pembiayaan adalah modal bisnis pembiayaan yang dapat digunakan untuk mendirikan atau mengembangkan bisnis, baik untuk membeli inventaris, peralatan atau modal kerja,” ujar Dr Nia Kurniawati Hidayat.
Ia menambahkan, tujuan dari akses pembiayaan ini adalah sebagai acuan atau rekomendasi kepada para petani padi di Mbay mengenai berbagai sumber pendanaan untuk melakukan usaha tani.
“Ada beberapa sumber pendanaan seperti menggunakan modal sendiri, menggunakan modal kerja sama dan menggunakan pinjaman untuk modal bertani,” jelasnya.
Dr Nia membeberkan, petani yang menggunakan modal sendiri umumnya adalah pemilik lahan tunggal dan sebagian besar lahannya tidak luas.
Sementara untuk petani dengan sumber modal kerja sama, biasanya mereka memiliki lahan yang lebih luas atau atau terlibat suatu program sektoral pemerintah atau perusahaan. Mereka cenderung membagi keuntungan laba ruginya dengan pihak lain. Biasanya, petani ini akan lebih disiplin terhadap penggunaan dana serta tugas dan wewenang.
“Selanjutnya, ada juga yang menggunakan modal pinjaman untuk modal usaha tani. Pinjaman ini bisa dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR), tengkulak, koperasi, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), multifinance atau modal ventura,” papar Dr Nia.
Terkait KUR, ia memaparkan bahwa program ini adalah kredit pembiayaan modal kerja atau investasi kepada debitur individual atau perseorangan, badan usaha dan atau kelompok usaha yang produktif dan layak, tetapi mereka belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup.
Menurut Dr Nia, saat ini tengkulak masih menjadi salah satu alternatif pinjaman modal untuk para petani ketika kekurangan modal dalam menjalankan usaha taninya. Hanya saja, kekurangannya adalah biasanya petani berkewajiban menjual hasil produk taninya kepada tengkulak yang bersangkutan dengan harga yang sudah di tentukan tengkulak tersebut.
Di samping itu, lanjut dia, koperasi juga salah satu alternatif sumber pinjaman modal karena prosesnya yang tidak terlalu rumit.
“BUMDes menjadi salah satu rekomendasi sebagai akses pembiayaan. Namun yang terjadi di Mbay, Nagekeo BUMDes ini masih belum terlalu efektif menjadi salah satu akses pembiayaan,” tambahnya.
Selanjutnya, multifinance juga salah satu alternatif akses pembiayaan pertanian di Mbay, Nagekeo. Namun, Dr Nia mengungkap, minat petani pada akses pembiayaan ini tidak terlalu banyak karena mereka merasa proses peminjaman dana sedikit tidak praktis dibandingkan dengan akses pembiayaan lain seperti tengkulak atau koperasi.
Selain pemaparan materi, tim Dosen Mengabdi Inovasi IPB University juga menyediakan ruang diskusi kepada para petani untuk menjawab permasalahan-permasalahan akses pembiayaan yang mereka alami. (*/Rz)