Departemen MSP IPB University Bangun Kerjasama dengan James Cook University Australia

Departemen MSP IPB University Bangun Kerjasama dengan James Cook University Australia

Departemen MSP IPB University Bangun Kerjasama dengan James Cook University Australia
Berita

Memasuki era kolaborasi menuju world class university, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University terus merintis dan memperkuat kemitraan dengan sejumlah universitas di luar negeri, salah satunya dengan James Cook University (JCU) Australia.

MSP IPB University telah membahas kolaborasi dengan James Cook University (JCU) dengan menghadirkan delegasi JCU University diantaranya adalah Dr Reniel Carbral, Dr Allesa Costa, Dr Katya Jagolta yang didampingi oleh Prof Yonvitner dosen MSP IPB University. Kegiatan tersebut diadakan pada 6/12.

Kerjasama diawali dengan general lecture yang dihadiri oleh mahasiswa pasca sarjana Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan(SPL), Pengelolaan Sumberdaya Perairan (SDP) dan Departemen MSP IPB University yang dibuka oleh Dekan FPIK, Prof Fredinan Yulianda.

“Pentingnya sinergi harus diperkuat untuk memastikan persiapan kita menuju global university. Australia memiliki kesamaan dengan Indonesia, sehingga penting penguatan riset tentang perikanan dan kelautan,” ungkapnya.

Dalam kesempatan ini Dr Reniel Carbral menyampaikan kerjasama akan diawali dengan riset tentang marine protected area (MPA) di Indonesia, “Untuk itu maka dukungan dari berbagai lembaga riset dan perguruan tinggi diperlukan agar design MPA berjalan dengan baik dan memberikan kemanfaatan lebih kepada masyarakat,” ungkap Dr Reniel.

Sementara, Ketua Departemen MSP IPB University, Prof Hefni Effendi, Departemen MSP termasuk salah satu lembaga yang memperkuat keilmuan dalam pengelolaan kawasan konservasi laut.

“Kerjasama antara Departemen MSP dengan JCU dinilai tepat oleh karena itu, komunikasi bersama perlu terus dilanjutkan dan diperkuat sehingga kerjasama yang dibangun tersebut akan menjadi lebih konkrit,” ujar Prof Hefni.