Departemen ESL IPB University Undang Peneliti BRIN, Bahas Peran Padang Lamun Sebagai Stok Karbon

Departemen ESL IPB University Undang Peneliti BRIN, Bahas Peran Padang Lamun Sebagai Stok Karbon

Departemen ESL IPB University Undang Peneliti BRIN, Bahas Peran Padang Lamun Sebagai Stok Karbon
Berita

Program Studi Ekonomi Kelautan Tropika, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL), Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University kembali menggelar kajian rutin Lecture Series ke-7 dengan tema utama ‘The Role of Seagrass in Carbon Storage’, Selasa (5/12) secara daring.

Kegiatan rutin ini ditujukan bagi mahasiswa dan umum sebagai pengayaan terkait keilmuan ekonomi tropika. Lecture Series kali ini turut mengundang Dr A’an Johan Wahyudi, Peneliti Utama Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai salah satu narasumber.

Dr Adi Hadianto, Ketua Departemen ESL IPB University mengatakan, potensi stok karbon padang lamun yang besar masih perlu dieksplorasi. Potensi ini diharapkan menjadi salah satu komoditas yang bisa masuk ke dalam daftar perdagangan stok karbon. Di samping meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena jasa ekosistem yang besar bagi biota laut dan ekosistem laut secara keseluruhan.

“Isu stok karbon masih perlu dibahas sebagai upaya mitigasi perubahan iklim, sehingga kajian ini sangat relevan dan sejalan dengan agenda FOLU Net Sink,” ujar Dr Adi dalam sambutannya.

Berdasarkan hasil penelitian Dr A’an dan tim pada tahun 2020, terungkap bahwa potensi ekosistem padang lamun seluas 875,967 hektare. Total area ini diperkirakan masih lebih luas dan dapat menjadi potensi besar sebagai solusi iklim berbasis alam.

Namun menurutnya penelitian lebih lanjut terkait biogeokimia karbon pada ekosistem lamun masih harus dieksplorasi. Utamanya penelitian mengenai aliran karbon dan faktor emisi karbon yang datanya masih belum banyak tersedia.

“Untuk memenuhi permintaan mitra terkait komitmen Indonesia dalam Nationally Determined Contribution (NDC), kita masih membutuhkan data yang komprehensif mengenai faktor emisi karbon dan inventori padang lamun, tidak hanya besar stok karbonnya saja. Riset-riset ini seyogyanya diarahkan untuk mendapatkan informasi tersebut,” urainya.

Potensi konservasi padang lamun di kawasan konservasi laut di lima provinsi di Indonesia juga memiliki potensi besar menurunkan emisi karbon hingga 6,8 persen daripada emisi business as usual (BAU) atau angka perkiraan tingkat emisi. Total reduksi karbon di tahun 2030 diperkirakan mencapai 11,6 ton CO2.

“Proyek konservasi padang lamun sangat diperlukan untuk mendapatkan kredit karbon biru yang terverifikasi demi memenuhi permintaan kredit karbon dari sektor swasta,” tambah dia.

Narasumber kedua yakni Dr Yudi Wahyudi, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Djuanda Bogor juga mengatakan potensi ekosistem padang lamun sangat besar terutama pada jasa ekosistem dan jasa produksi. Nilai ekonomi jasa ekosistem padang lamun bagi biota laut dan masyarakat pesisir terbilang cukup besar.

“Perlu disusun kerangka interaksi sumber daya dan pengelolaan bagi sistem laut tingkat lokal hingga tingkat global sehingga ekosistem lamun dapat terus memberikan aliran barang dan jasa,” ujarnya.(MW)