Dosen Muda IPB University Kenalkan Bahaya Hama dan Penyakit Penting di Desa Sentra Produksi Padi

Dosen Muda IPB University Kenalkan Bahaya Hama dan Penyakit Penting di Desa Sentra Produksi Padi

Dosen Muda IPB University Kenalkan Bahaya Hama dan Penyakit Penting di Desa Sentra Produksi Padi
Riset

Pengenalan hama dan penyakit merupakan upaya yang pertama kali harus diketahui sebelum tindakan pengendalian diterapkan. Beragam jenis hama dan penyakit memang dirasa sulit dan membuat sebagian orang enggan mengetahuinya. Padahal dengan mengetahui hama dan penyakit di awal, maka teknik pengendalian dapat dilakukan dengan cara yang tepat sasaran.

Dosen muda IPB University dari Fitrianingrum Kurniawati, MSi dan Nadzirum Mubin, MSi (Departemen Proteksi Tanaman) bersama Dr Yunik Istikhorini (Departemen Silvikultur) unjuk aksi. Lewat program Dosen Mengabdi Inovasi (DMI), ketiganya berupaya mengenalkan bahaya hama dan penyakit penting pada tanaman padi di Desa Gondel, Kedungtuban, Blora, Jawa Tengah.

Nadzir, sapaan dosen muda ini, dalam paparannya menjelaskan, slogan ‘tak kenal maka tak dapat dikendalikan’ sangat penting. Seringkali karena ketidaktahuan, petani langsung pukul mundur hama atau penyakit menggunakan pupuk dan pestisida sintetik. Padahal belum tentu tanaman membutuhkannya.

“Gagal panen bukan semata-mata karena kekurangan pupuk, bukan semata-mata karena iklimnya yang berubah. Serangan hama dan penyakit juga memiliki peranan tersendiri dalam menurunkan produksi padi di persawahan,” jelasnya saat kegiatan Dosen Mengabdi Inovasi di Kantor Balai Desa Gondel (10-11/11).

Bahkan, Nadzir menuturkan bahwa serangan wereng batang cokelat dengan nama ilmiah Nilaparvata lugens Stail (Hemiptera: Delphacidae) dapat menyebabkan puso atau gagal panen. Seluruh tanaman mengering karena terserang oleh hama tersebut.

Selain itu, menurut Fitrianingrum, penyakit juga tidak kalah pentingnya untuk diketahui. Pucuk putih, misalnya, merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh nematoda Aphelenchoides besseyi. Penyakit ini menunjukkan gejala khas berupa klorosis pada ujung daun. Gejala ini sering dikacaukan dengan gejala kekurangan kalsium dan magnesium.

“Pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan, tetapi membuat tanaman sehat dan cepat recovery menjadi sangat penting. Layaknya manusia yang terkena sakit, penyembuhan penyakit dari dalam atau dengan meningkatkan imunitas tubuh dapat bekerja lebih lama dan berkelanjutan dibandingkan hanya dengan menambahkan bahan-bahan stimulan dan bahan-bahan pengendali yang sifatnya instan,” jelas Pipiet.

Lebih jauh, Dr Yunik Istikorini menuturkan, pupuk hayati dengan bahan dasar organik dan ditambahkan dengan mikroba potensial seperti Trihcoderma, Gliocladium, Azotobacter dan lain-lain merupakan salah satu upaya yang dapat diaplikasikan di lapangan.

“Selain dapat menjadi biofertilizer, biostimulant dan biopesticide, pupuk hayati juga dapat berperan sebagai bioinducer atau peningkat imunitas pada tanaman,” ungkapnya.

Dosen Mengabdi Inovasi merupakan program Direktorat Pengabdian Masyarakat Agromaritim IPB University. Program ini sebagai upaya diseminasi teknologi dan inovasi kepada masyarakat.

Kegiatan ini dihadiri oleh H Arief Rohman, SIP, MSi (Bupati Blora), Rajiman, SIP, MSi (Camat Kedungtuban), Suko Hadi Wiyono, AMd (Kepala Desa Gondel), Kelompok Tani Desa Gondel serta ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kecamatan Kedungtuban. (*/Rz)