Prof Trisna Priadi Ungkap Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Ramah Lingkungan
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati dan memiliki sekitar 4.000 jenis pohon, yang berpotensi untuk digunakan sebagai kayu bangunan. Menurut pakar IPB University, Prof Trisna Priadi kondisi tersebut mesti dijaga kelestarian, pengembangan serta pengelolaannya secara berkelanjutan.
Dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University pada Kamis 19/10 secara daring, Prof Trisna mengulas perlindungan kayu dan bangunan bisa dilakukan dengan rekayasa bahan kayu, rekayasa desain struktur bangunan, maupun manajemen perlindungan bangunan yang terprogram dengan baik.
“Integrasi perlindungan kayu dan bangunan tersebut sangat penting dalam kesejahteraan hidup manusia dan mendukung pengelolaan sumber daya hutan yang lestari,” ujar Prof Trisna.
Selain itu, Prof Trisna menjelaskan terkait ancaman biodeteriorasi pada rumah dan bangunan. Dikatakannya, kayu merupakan bahan alami yang dapat diperbaharui (renewable), energi pengolahannya rendah, multiguna dan tampilannya estetik. Namun, kayu juga menjadi target serangan organisme perusak.
Menurutnya, tingginya risiko biodeteriorasi kayu pada bangunan di Indonesia juga didukung dengan iklim tropis yang hangat, lembab dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. “Upaya mengatasi ancaman biodeteriorasi pada rumah dan bangunan, disebut dengan pre construction (sebelum dibangun rumah atau bangunannya) dan post construction (sudah terjadi),” paparnya.
Prof Trisna menambahkan, pada pre construction bisa dilakukan dengan memilih bahan yang awet sehingga akan lebih panjang umur pakainya karena mengandung zat ekstraktif yang bersifat toxic juga meningkatkan bahan agar menjadi tahan dari serangan perusak baik itu jamur maupun rayap.
“Post construction bangunan yang sudah terbangun dan terserang komponennya, bisa dilakukan perawatan kimia (chemical treatment). Misalnya, menginjeksikan bahan kimia yang sudah rusak dan diganti dengan kayu yang awet atau diberi perawatan bahan kimia,” tutur Guru Besar Tetap Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University ini.
Di lain sisi, faktor pendukung biodeteriorasi yaitu kayu tidak awet, iklim tropis (CH,RH,T) tinggi dan kelimpahan organisme perusak yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan kesehatan, kenyamanan serta keamanan pada seseorang.
“Biodeteriorasi oleh rayap dan jamur pelapuk yang mengancam rumah dan bangunan, perlu dicegah dan dikendalikan melalui rekayasa bahan kayu dan manajemen perlindungan bangunan,” katanya.
Ia mengatakan bahwa penggunaan minyak nabati terutama kemiri dengan pemanasan 14 derajat celcius dapat meningkatkan efektivitas pengawet kayu senyawa boron dalam menahan pencucian, serangan jamur pelapuk dan rayap sehingga mendukung penggunaan kayu dalam fungsi eksterior. (Ns/Lp)