Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University Sosialisasi Circular Agriculture Berbasis Teknologi Biokonversi Sampah Organik
Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Dramaga Wilayah V mengadakan sosialisasi dan bimbingan teknis terkait circular agriculture berbasis teknologi biokonversi sampah organik melalui budi daya maggot black soldier fly (BSF). Peserta sosialisasi dan bimbingan teknis ini adalah para petani yang terjalin dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Subur Tani Desa Sukaharja, Kecamatan Ciomas, Bogor, Jawa Barat.
Ahmad Dani Pulungan, perwakilan mahasiswa yang menjadi narasumber menyebutkan, pembuatan sistem pertanian melingkar melalui teknologi biokonversi sampah organik melalui maggot BSF dilakukan untuk mengatasi permasalahan isu pencemaran lingkungan. Selain itu, langkah tersebut dapat menjadi solusi dari kenaikan harga pupuk yang selama ini menjadi keresahan para petani.
“Teknologi biokonversi sampah organik melalui maggot BSF ini menjadi pilihan. Sebab, maggot BSF dapat mengurai sampah organik secara cepat, tidak menyebarkan penyakit, serta konversinya bernilai tinggi,” terang Dani.
Hal tersebut, kata dia, lantaran maggot BSF memiliki protein tinggi yang dapat dijadikan sebagai pakan alternatif. Terlebih, sisa hasil metabolisme atau kotorannya dapat dijadikan pupuk organik untuk mengatasi permasalahan pupuk yang dialami oleh para petani.
“Patut diperhatikan dalam membuat sistem pertanian melingkar tentunya tidak mudah. Karena itu, semua elemen masyarakat harus ikut andil dan bersinergi dalam pembentukan sistem ini,” tandasnya.
Dani mengingatkan, dalam melaksanakan circular agriculture, perangkat desa dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) harus menjadi ujung tombak terkait sosialisasi sampah organik dan anorganik. Hal itu bertujuan agar sampah-sampah ini dapat diolah secara cepat dan tidak mencemari lingkungan.
Muhammad Aziz Maulana yang juga mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University memaparkan terkait teknis budi daya maggot BSF. Mulai dari fase telur hingga menjadi imago (lalat dewasa). Dalam sosialisasi itu, Aziz juga menunjukkan beberapa contoh fase kepada para peserta.
“Tujuan utama kita adalah mengolah limbah organik, sedangkan output berupa produk turunan dari pengolahan limbah tersebut merupakan bonusnya. Adapun tujuan jangka panjangnya adalah membuat pusat pengolahan limbah desa yang dikelola oleh masyarakat dan penguatan kelembagaan. Upaya tersebut tak lain agar para petani dapat mengolah limbah secara mandiri serta mendapatkan manfaat berupa pupuk untuk pertaniannya,” pungkasnya. (*/Rz)