Kerja Sama IPB University dan Perancis, Tiga Mahasiswa Indonesia Lulus Program Magister Kebakaran Hutan
Melalui kerja sama internasional IPB University dan Pemerintah Perancis, tiga mahasiswa Indonesia berhasil lulus program double degree magister Manajemen Kebakaran Hutan. Program studi magister dengan topik Forest Fire tersebut merupakan salah satu implementasi dari rangkaian kerja sama yang dibangun.
Ketiga peserta terpilih yang mengikuti program ini terdiri dari dua mahasiswa IPB University (Ravita Safitri dan Agysta Zaskia) dan satu orang dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Kiki Yunianti). Pada akhir September lalu, tiga mahasiswa ini secara resmi mendapatkan sertifikat kelulusan program double degree kebakaran hutan. Sertifikat tersebut diserahkan langsung oleh Duta Besar Perancis untuk Indonesia, Fabien Penone di Kantor Kedutaan Besar Perancis di Jakarta.
“Program double degree Manajemen Kebakaran Hutan ini diharapkan dapat memberikan manfaat besar dalam pemahaman dan penanganan yang efektif terhadap kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di Indonesia dan Perancis. Pasalnya, kedua negara termasuk yang fokus terhadap penanganan karhutla,” ujar Prof Bambang Hero Saharjo selaku dosen pembimbing mahasiswa.
Prof Bambang menjelaskan, kerja sama ini diinisiasi oleh IPB University dan École Pratique des Hautes Études, Perancis. Lewat beasiswa yang disediakan oleh Pemerintah Perancis ini, mahasiswa bisa mengikuti program double degree di perguruan tinggi Perancis selama satu tahun atau dua semester. Dalam implementasinya, kerja sama ini dilaksanakan oleh Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University.
“Karhutla merupakan salah satu isu global yang signifikan berdampak luas di berbagai belahan dunia, terutama pada ekosistem dan biodiversitas. Karhutla juga ikut berkontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) dan secara langsung berdampak terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim, kondisi cuaca (abnormal) dan aktivitas manusia berperan penting dalam memicu terjadinya karhutla,” jelas Prof Bambang.
Menurut Guru Besar IPB University ini, Perancis menjadi salah satu negara di Eropa yang concern terhadap karhutla. Kebakaran di Perancis mayoritas terjadi pada hutan boreal di musim kemarau. Perancis juga memiliki sistem manajemen kebakaran yang terstruktur dan melibatkan berbagai pihak, termasuk badan pemerintah, pemadam kebakaran, dan organisasi non-pemerintah.
“Sama halnya dengan Indonesia, karhutla juga menjadi fokus utama pemerintah. Di Indonesia, sebagian besar kebakaran terjadi pada lahan gambut yang berpengaruh dalam meningkatkan emisi GRK,” kata Prof Bambang yang juga Executive Director Regional Fire Management Resource Center-Southeast Asia (RFMRC).
Ia berharap, program ini dapat menjadi wadah pertukaran pengetahuan dan pengalaman antarnegara untuk meningkatkan upaya penanggulangan karhutla. “Semoga kegiatan ini berlanjut hingga beberapa tahun ke depan dan menjadi icon, karena emisi kebakaran hutan sangat signifikan dalam peningkatan emisi GRK. Adanya program ini dapat membuka pintu kerja sama dan kolaborasi internasional yang lebih erat dalam penanganan karhutla,” harapnya. (RS/NFH/Rz)