Kaji Peran Impostor Syndrome Terhadap Waqf Behavior, Mahasiswa IPB University Wawancara Pakar BWI
Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) IPB University yang terdiri dari Siti Aliyah Rhomadonah, Muhammad Rizki Abdurrahman, Muhamad Dodi Bokasa, Ihsan Hidayat, dan Mardhiyah Khoirunnisa melakukan wawancara ilmiah substansial bersama Dr Irfan Syauqi Beik selaku Ketua Pusat Kajian dan Transformasi Digital (PKTD) Badan Wakaf Indonesia (BWI). Kelima mahasiswa tersebut dibimbing oleh Dr Alla Asmara, dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University.
Siti Aliyah Rhomadonah, ketua tim PKM-RSH mengatakan, wawancara ini merupakan bagian integral dalam menunjang data penelitian mereka. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis peningkatan waqf behavior berdasarkan aspek ekologi, sosial, dan ekonomi atas pengaruh impostor syndrome dalam aspek religiusitas terhadap Ebbinghaus Forgetting Curve pada mahasiswa IPB University.
Dalam wawancara yang berlangsung, Dr Irfan Syauqi Beik menguraikan potensi wakaf dalam mendukung pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan berbagai sektor sosial lainnya. Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa wakaf tidak hanya memberi manfaat langsung bagi penerima, tetapi juga berimpresi positif terhadap kesejahteraan psikologis para wakif (orang yang berwakaf).
“Wakaf menjadi salah satu cara strategis untuk terapi kejiwaan dengan cara berbagi,” imbuh Pakar Ekonomi Syariah IPB University ini
Aliyah menambahkan, “Wawancara ini telah memberikan pemahaman yang mendalam bagi tim kami dan menjadi pilar inti dalam pengembangan hasil analisis data penelitian. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi titik awal untuk rangkaian tindakan lanjutan dalam meningkatkan kesadaran serta partisipasi mahasiswa terhadap wakaf yang memiliki implikasi signifikan dalam pemberian manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat,” ujarnya.
Impostor syndrome atau sindrom impostor merupakan suatu keadaan psikologis di mana seseorang merasa tidak yakin atas kemampuan sendiri. Meskipun memiliki pencapaian dan kualifikasi yang memadai, seorang pengidap sindrom ini akan merasa seperti seorang ‘impostor’ atau ‘penipu’ dan meragukan kemampuan serta keberhasilan mereka sendiri. Sementara Ebbinghaus Forgetting Curve adalah sebuah konsep yang menggambarkan pola penurunan ingatan seseorang terhadap informasi seiring berjalannya waktu. (*/Rz)