IPB University Ulas Strategi Pengentasan Kemiskinan Ekstrem dan Stunting Menuju Indonesia Emas 2045

IPB University Ulas Strategi Pengentasan Kemiskinan Ekstrem dan Stunting Menuju Indonesia Emas 2045

IPB University Ulas Strategi Pengentasan Kemiskinan Ekstrem dan Stunting Menuju Indonesia Emas 2045
Berita

Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) IPB University melaksanakan seminar nasional membahas strategi pengentasan kemiskinan ekstrem dan stunting menuju Indonesia Emas 2045. Seminar dilaksanakan di Hotel Padjajaran, Bogor, Jawa Barat, belum lama ini.

Dr Amiruddin Saleh, Kepala P2SDM IPB University menuturkan, pembangunan yang paling utama harus diawali dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menurutnya, bangsa Indonesia memiliki potensi yang bagus untuk memulai perjalanan menuju Indonesia Emas 2045. Namun, potensi tersebut dapat berubah menjadi bencana jika tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.

“Kemiskinan ekstrem dan stunting perlu diperhatikan agar Indonesia bisa mendapatkan bonus demografi yang dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Penyakit seperti gizi buruk, keterbelakangan mental, dan rendahnya kemampuan belajar akan sangat berbahaya jika terdampak oleh anak-anak. Hal itu menjadi tujuan utama dilaksanakan seminar ini, yakni menemukan solusi dari permasalahan kemiskinan ekstrem dan stunting,” ujarnya.

Rektor IPB University, Prof Arif Satria dalam kesempatan itu menjelaskan, salah satu tanggung jawab dalam pembangunan di Indonesia adalah mengatasi kemiskinan. Ia mengatakan bahwa kemiskinan dibagi menjadi dua, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan relatif dapat mengancam stabilitas ekonomi, sedangkan kemiskinan absolut tidak selalu berkaitan dengan kapital, tetapi juga berkaitan dengan gizi.

“Pemerintah sudah sangat serius dalam mengatasi masalah stunting agar kemiskinan dapat menurun. Stunting dapat diatasi juga dengan diversifikasi pangan agar ketergantungan dapat hilang pada satu pemasok pangan yaitu beras,” kata dia.

Di samping itu, ia mengatakan, pemerintah juga wajib berkolaborasi dengan perguruan tinggi (PT) dalam memberikan kesempatan pendidikan setinggi-tingginya untuk para masyarakat miskin, sehingga kemiskinan dan stunting dapat dikurangi dari tingkat terkecil yaitu keluarga.

Wakil Ketua Pelaksana Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Bidang Advokasi dan Kepemimpinan, Dr Suprayoga Hadi melaporkan, kemiskinan ekstrem pada Maret 2023 mencapai 1,12 persen. Diperkirakan, pada tahun 2024 angka tersebut akan kembali menurun hingga 0,3 persen.

“Kemiskinan ekstrem tidak bersifat stagnan karena adanya moving-in dan moving-out disebabkan oleh faktor-faktor penyebab kemiskinan. Kemiskinan ekstrem dapat menyebabkan peningkatan angka stunting, sehingga hal ini perlu dicegah dari penyebab-penyebab adanya kemiskinan ekstrem,” ungkapnya.

Menurut dia, sejumlah tantangan masih terjadi dalam upaya percepatan penurunan angka stunting. Tantangan-tantangan tersebut antara lain kolaborasi, koordinasi antar pemangku kepentingan, komitmen, penguatan pada sistem, konvergensi, dan kualitas dalam penanganan stunting. (Arm/Rz)