IPB University Luncurkan Inovasi Rumah Sawit, Layanan Terpadu Masyarakat Perkebunan Sawit

IPB University Luncurkan Inovasi Rumah Sawit, Layanan Terpadu Masyarakat Perkebunan Sawit

IPB University Luncurkan Inovasi Rumah Sawit, Layanan Terpadu Masyarakat Perkebunan Sawit
Riset

Pada acara IPB Innovation Expo dan Launching Riset Aksi Sosial (29/9), IPB University me-launching salah satu inovasi sosial ‘Rumah Sawit’. Inovasi yang dipelopori Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA) IPB University ini telah diterapkan di tiga provinsi: Lampung, Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara.

Dr Anna Fatchiya, ketua tim peneliti mengatakan, latar belakang riset aksi sosial ini dilakukan karena adanya isu bahwa pembangunan di sektor perkebunan sawit telah meninggalkan kelompok perempuan dan anak yaitu dengan tidak terpenuhinya hak-hak mereka di sektor kesehatan, pendidikan, dan ekonomi atau pekerjaan. Padahal, di satu sisi perempuan punya peran penting sebagai pintu masuk pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs).

“Rumah Sawit merupakan tempat layanan terpadu bagi masyarakat sebagai media advokasi, pelatihan, pendidikan, dan kesehatan perempuan dan anak. Inovasi kelembagaan ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi masyarakat di sekitar perkebunan sawit, khususnya dalam proses pemberdayaan masyarakat serta pemenuhan hak perempuan dan anak,” ujarnya.

Tim peneliti PKGA IPB University terdiri dari Dr Anna Fatchiya; Ir Fredian Tonny Nasdian, MS; Ir Julio Adosantoso, MS; Mahmudi Siwi, SP, MSi; Asri Sulistiawati, SKPm, MSi; dan Kunandar Prasetyo, SP MSi. Penelitian ini dilakukan dengan pendanaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Dr Anna mengurai, praktik-praktik Rumah Sawit sebagai pusat layanan terpadu telah dilaksanakan di Desa Sidorejo Lampung, Desa Timbang Lawan Sumatera Utara, dan Desa Belawan Mulia Kalimantan Tengah. Penerapan model Rumah Sawit di tiga tempat tersebut telah terbukti memberikan dampak positif. Ia menyimpulkan bahwa model ini tentunya dapat dikembangkan di desa-desa lain.

Salah satu tokoh masyarakat Desa Sidorejo, Winarno mengungkapkan, “Dengan dibangunnya Rumah Sawit dari IPB University, kelompok wanita tani (KWT) kami menjadi hidup kembali. Mereka aktif untuk memanfaatkan lahan pekarangan dengan menanami dengan benih IPB University. Para kader posyandu dan PAUD pun menjadi lebih semangat.”

Kegiatan warga desa pascariset bahkan terus berkembang. Terbukti dari bertambahnya aktivitas, yaitu kegiatan bakti sosial, arisan, dan simpan pinjam. Sampai Maret 2023, nilai simpan pinjam mencapai 16,8 juta rupiah dan dana tabungan 7,5 juta rupiah. Selain itu, muncul inisiasi dana sosial yang dikumpulkan secara sukarela setiap kali pertemuan. Minat perempuan untuk menjadi anggota kelompok juga meningkat pesat, sehingga direncanakan penambahan jumlah kelompok.

Selain inovasi kelembagaan, imbuh Dr Anna, inovasi ini juga tersedia dalam bentuk aplikasi yaitu Rumah Sawit App. Perangkat ini dapat digunakan oleh masyarakat luas berupa layanan informasi dan konsultasi. Aplikasi ini berisi berita dan informasi terkini tentang sawit di Indonesia, layanan konsultasi pakar IPB University dan pelayanan lapor kejadian kekerasan dan pelanggaran hak pada perempuan dan anak.

“Aplikasi Rumah sawit dikembangkan berbasis web dan android. Ini agar aplikasi bisa diakses dengan smartphone oleh masyarakat banyak. Aplikasi Rumah Sawit juga dapat dimanfaatkan untuk kalangan di luar perkebunan kelapa sawit. Misalnya untuk konsultasi pertanian pangan dan hortikultura, perikanan, peternakan dan kehutanan dari para pakar IPB University,” tandasnya.

Fitur pelaporan kekerasan pada anak dan perempuan juga dapat digunakan oleh khalayak umum di luar perkebunan sawit. Fitur ini bekerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) setempat. (*/Rz)