Dua Mahasiswa IPB University Ikuti The International Conference of Global Issues di Vietnam
M Ficky Haris Ardiansyah (Statistika 57) dan Azka Al Azkiya (Statistika 56) menjadi delegasi dari IPB University untuk mengikuti The International Conference of Global Issues, Trends, and Directions Across Discipline di Hoa Sen University, Ho Chi Minh City, di Vietnam (26/5). Di acara tersebut, keduanya mempresentasikan makalah penelitian yang berjudul ‘Mapping ASEAN Countries Food Security Using Fuzzy Gustafson Kessel Clustering Framework’.
“Di Vietnam, kami menjadi peserta sekaligus presenter di ruang Humanities, Societies, Languages, and Cultures. Riset yang kami bawakan adalah tentang mengklasterisasi negara-negara ASEAN berdasarkan indikator ketahanan pangan,” paparnya.
“Dari klaster-klaster tersebut, kami memberikan rekomendasi yang bisa dilakukan agar negara-negara di ASEAN bisa punya pemerataan ketahanan pangan. Beberapa rekomendasi dari kami adalah perlunya pertukaran pelajar untuk mempelajari ketahanan pangan, serta perlunya kerja sama di bidang pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan di masa depan,” ucapnya lagi.
Ficky menuturkan, metode yang mereka gunakan yaitu Fuzzy Gustafson Kessel Clustering. Kata dia, metode ini cukup menarik. Karena selain memberikan tiap negara masuk ke dalam klaster tertentu, metode tersebut juga memberikan beberapa peluang negara-negara ASEAN untuk masuk di klaster lainnya. Jadi ada perhatian untuk mempertimbangkan klaster lain berdasarkan persentasenya.
Menurut Ficky, menjadi utusan kampus ke Vietnam memberikannya banyak pengalaman baru. “Saya bergabung bersama dengan mahasiswa dan dosen dari negara-negara ASEAN di Vietnam. Dengan itu, saya juga mendapat banyak sudut pandang baru dari berbagai hal, karena kegiatan di sana cukup aktif berdiskusi,” tambahnya. Ia juga mengaku senang bisa berkontribusi terhadap ASEAN melalui penelitian yang dilakukannya. Di samping menambah pengalaman dan exposure di dunia internasional.
Tidak hanya mengikuti konferensi, kedua mahasiswa IPB University itu pun mengunjungi Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Ho Chi Minh City. “Dari acara tersebut, saya dapat membangun jaringan dengan sesama mahasiswa Vietnam, tiga di antaranya ternyata memiliki kesamaan topik yang saya sukai yaitu data science. Kami banyak berbincang mengenai data science dan perbedaan antara Indonesia dengan Vietnam,” tandas Ficky.
Di balik keseruannya mengikuti konferensi di luar negara, sulitnya berkomunikasi dengan warga lokal menjadi tantangan tersendiri. Hal itu karena banyak dari masyarakat masih sulit berbahasa Inggris. Ficky menyebut, kondisi itu terkadang memunculkan momen-momen lucu karena perbedaan kosakata dan huruf antara Indonesia dan Vietnam.
“Jadi, kami harus menggunakan Google Translate untuk bisa menerjemahkan kata-kata yang ada di beberapa tempat,” ungkapnya. (dh/Rz)