Sekolah Vokasi IPB University Gelar 3rd International Conference on Applied Sciences Ulas Sektor Agromaritim

Sekolah Vokasi IPB University Gelar 3rd International Conference on Applied Sciences Ulas Sektor Agromaritim

Sekolah Vokasi IPB University Gelar 3rd International Conference on Applied Sciences Ulas Sektor Agromaritim
Berita

Sekolah Vokasi IPB University mengadakan The 3rd International Conference on Applied Sciences (ICAS) 2023 yang dilakukan secara hybrid di SwissBell Hotel Bogor. Acara ini hadir sebagai wadah bagi pertukaran ide terbaru dalam berbagai ilmu pengetahuan yang akan memberikan kontribusi positif pada sektor agromaritim.

“Sektor agromaritim masih dominan dalam pembangunan pedesaan dan memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Sektor ini juga berperan sebagai penyelamat ekonomi pada saat krisis sekaligus sebagai sumber pangan, energi dan bahan mentah,” ujarnya.

Acara ini disambut baik oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Dr Sandiaga Salahuddin Uno. “Apresiasi yang sangat tulus untuk kegiatan ICAS 2023, karena hal ini juga merupakan salah satu peran Kemenparekraf dalam pengembangan agromaritim Indonesia,” kata dia.

Kemenparekraf, lanjutnya, mendorong upaya inovatif dan kolaboratif untuk membangun ekosistem wisata yang berkelanjutan. Sandiaga Uno berharap kegiatan ICAS 2023 ini dapat memberikan dampak yang lebih luas dan memberi manfaat bagi bisnis pariwisata, pemangku kepentingan dan masyarakat.

Pada acara ini, hadir empat pembicara dari Jepang dan Thailand, yakni
Prof Hiroshi Ehara (Nagoya University), Prof Poonpipope Kasemsap
(Direktur DORAS Center, Kasetsart University), Dr Jate Sathornkich (Kasetsart University) dan Prof Shigehiko Suzuki (Rektor Shizouka Professional University of Agriculture/SPUA).

Prof Shigehiko Suzuki, Rektor SPUA dalam paparannya menandaskan bahwa universitas akan memainkan peran krusial dalam memajukan masyarakat dan pertanian, terutama menghadapi tantangan masa depan, seperti Society 5.0, globalisasi, penurunan populasi dan era 100 tahun. Ia mengulas peran penting SPUA dalam bidang pertanian, kehutanan, pariwisata dan produk-produk unggulan seperti teh, jeruk, melon, stroberi dan wasabi.

Sementara, Prof Poopipope Kasemsap dari Kasetsart University, Thailand dalam materinya menekankan pentingnya kerja sama internasional dalam bidang pertanian, yaitu dengan mengidentifikasi faktor-faktor kunci dan pendekatan strategis yang harus diambil.

Terkait kolaborasi, Dr Jate Sathornkich dari Doras Center Kasetsart menambahkan, kolaborasi dapat meningkatkan pengetahuan, pengalaman, jaringan dan kapasitas. Ia menyebutkan bahwa kolaborasi bisa menjadi kunci untuk melakukan penelitian yang lebih maju.

“Kolaborasi tidak hanya mempermudah penelitian tingkat lanjut, tetapi juga membuka jalan untuk koneksi baru dan pertukaran sampel yang memungkinkan penelitian yang lebih maju dan berkelanjutan,” ulasnya.

Narasumber dari Nagoya University, Prof Hiroshi Ehara juga membahas perubahan kondisi sosial seputar tanaman sagu dan potensi pengembangannya di Indonesia. Ia menyebut, potensi dari tanaman sagu ini bisa bermanfaat dalam berbagai aspek seperti pangan, bahan bangunan, bioplastik dan biofuel.

“Untuk mengatasi beberapa tantangan dalam mengembangkan tanaman sagu, kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, peneliti, akademisi, swasta dan masyarakat sangatlah diperlukan,” imbuhnya.

Menyoroti perkembangan agromaritim 4.0 dan dampaknya dalam mengatasi tantangan produksi, efisiensi dan degradasi lingkungan, Wakil Rektor IPB University bidang Konektivitas Global, Kerjasama dan Alumni, Prof Iskandar Z Siregar menyampaikan pentingnya kolaborasi dengan industri, pembentukan kelompok ilmiah dan pengembangan kemitraan.

“Semoga kegiatan ini dapat mendorong peserta untuk membuka kesempatan membangun jaringan dan mempromosikan agromaritim 4.0 yang berkelanjutan,” pungkasnya. (*/Rz)