IPB University Wakili Indonesia di Forum G20 ‘Technical Workshop on Climate Resilient Agriculture’ di India
IPB University mewakili delegasi Indonesia dalam acara ‘Technical Workshop on Climate Resilient Agriculture Forum G20’ di Hyderabad, India (4-6/9). Indonesia mengirimkan dua delegasi yakni Prof Ernan Rustiadi dan Prof Edi Santosa. Keduanya merupakan Guru Besar IPB University dari Fakultas Pertanian (Faperta).
Pertemuan dihadiri oleh lebih dari 10 delegasi negara G20 termasuk Indonesia, India, Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Oman, Saudi Arabia, Afrika Selatan dan Mauritania. Selain itu, lebih dari 15 perwakilan lembaga riset internasional termasuk International Water Management Institute (IWMI), International Rice Research Institute (IRRI), International Maize and Wheat Improvement Center (CIMMYT) dan World Agroforestry (ICRAF). Ditambah dengan berbagai lembaga riset ternama di India seperti Indian Council of Agricultural Research (ICAR), Negotiated Indirect Cost Rate Agreement (NICRA), International Crops Research Institute for the Semi-Arid Tropics (ICRISAT) dan universitas yang ada di Hyderabad.
Prof Ernan Rustiadi, Wakil Rektor IPB University bidang Riset, Inovasi dan Pengembangan Agromaritim memberikan nota atas nama delegasi Indonesia terkait pentingnya kolaborasi lintas institusi G20 dalam membangun climate resilient agriculture (CRA). Langkah ini penting untuk melanjutkan sekaligus memperkuat Presidensi G20 sebelumnya oleh Indonesia.
“India sebagai Presidensi G20 pada 2023, diharapkan mampu membumikan sekaligus menjadi jembatan antarlembaga atas berbagai invensi dan teknologi baru untuk meningkatkan CRA,” ucap Prof Ernan.
Prof Edi Santosa, Profesor IPB University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta mempresentasikan ‘Climate Solutions and Build Innovation on Climate Resilience in Agriculture Higher Education’. Paparannya diawali dengan situasi kerentanan Indonesia sebagai negara agromaritim terkait climate event, seperti banjir dan kekeringan. Intensitas, cakupan luas wilayah dan dampaknya terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pemaparan dilanjutkan dengan bagaimana reformasi pendidikan dilakukan di Indonesia melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). “IPB University merespon kebijakan tersebut melalui redesign kurikulum K2020, penguatan techno sociopreneurship, penerapan teknologi dalam proses pembelajaran dan inisiasi green campus. Kami juga mengembangkan program studi yang secara langsung berkaitan dengan CRA seperti Smart Agriculture (S1) dan Teknik dan Manajemen Lingkungan (D4),” jelasnya.
Prof Edi juga memaparkan beberapa capaian dosen IPB University. Dari ratusan invensi yang dikembangkan, beberapa di antaranya bermanfaat untuk meningkatkan aspek CRA, seperti varietas unggul baru yang lebih resilient terhadap cekaman lingkungan, teknologi budi daya jenuh air, biopestisida dan teknologi FERADS yang menghemat air dan pupuk. Tak hanya itu, sejumlah invensi lainnya meliputi teknologi plasma bubble untuk menghemat biaya produksi dan ramah lingkungan pada budi daya udang dan ikan tambak, invensi terkait circular ekonomi seperti pemanfaatan limbah sawit dan pemanfaatan black soldier fly (BSF).
“Selain itu, IPB University juga berkomitmen mendiseminasikan teknologi kepada masyarakat, termasuk teknologi ramah lingkungan melalui Tani dan Nelayan Center menggunakan platform Digitani,” tandasnya.
Di sela-sela agenda meeting, dilakukan kunjungan ke ICAR-Indian Institute of Millets Research (IIMR) yang merupakan Global Centre of Excellence on Millets (Sree Anna). IIMR di Hyderabad mengoperasikan pabrik pengolahan berbagai jenis millet (pearl millet, foxtail millet, sorghum, finger millet, kodo millet, barnyard millet) menjadi berbagai jenis makanan. IIMR juga menjadi pusat nutrihub, startup industri makanan berbasis millet di India, yang telah menghasilkan berbagai startup sukses.
Selain itu, juga dilakukan kunjungan ke ICAR-Central Research Institute for Dryland Agriculture (CRIDA) di Hyderabad. CRIDA mengembangkan berbagai varietas tanaman untuk tahan kering seperti kaktus, jagung, kacang-kacangan termasuk kacang tanah, pakan ternak serta peralatan mekanisasi terkait lahan kering untuk smallholder farmers. CRIDA mengoperasikan fasilitas growth chamber untuk perubahan iklim dan in situ climate change simulator dengan modifikasi CO2 dan suhu lingkungan.
Prof Ernan dan Prof Edi juga menyempatkan mengunjungi Hyderabad University yang memiliki kompetensi kuat di bidang teknologi informasi dan engineering. Kunjungan diterima oleh Rektor (Prof Basuthkar J Rao) didampingi oleh Wakil Direktur Kerjasama Internasional (Prof Alok Kumar Mishra), Dekan School of Life Sciences (Prof Nadimpalli Siva Kumar), Kepala Pusat Advanced Studies in Electronics Science and Technology (Prof Samrat L Sabat) dan Direktur ASPIRE-BioNEST Incubator (Prof S Rajagopal).
“Tim IPB University juga berkesempatan berdiskusi dengan seluruh jajaran dosen di Department of Plant Science yang merupakan departemen terbaik di India dalam kinerja riset dan inovasi. Kami juga mengunjungi ASPIRE-BioNEST Incubator dan berdiskusi dengan pelaku startup industri bioteknologi yang berfokus pada pencarian katalis baru, biomaterial pangan baru, obat-obatan baru, peralatan baru, cell dan sebagainya,” papar Prof Ernan.
Prof Basuthkar J Rao, Rektor Hyderabad University sangat terbuka untuk kerja sama dalam riset dan publikasi, serta pertukaran mahasiswa dan dosen. Ia mengharapkan, kerja sama dengan IPB University dapat segara terjalin dalam waktu dekat. (*/Rz)