Guru Besar IPB University Jelaskan Peran Vital Ilmu Akustik dalam Pertahanan Negeri

Guru Besar IPB University Jelaskan Peran Vital Ilmu Akustik dalam Pertahanan Negeri

Guru Besar IPB University Jelaskan Peran Vital Ilmu Akustik dalam Pertahanan Negeri
Berita

Prof Henry M Manik, Guru Besar IPB University bidang Akustik Bawah Air dan Instrumentasi Kelautan, mengatakan teknologi Sound Navigation and Ranging (SONAR) saat saat ini masih paling diandalkan dalam kegiatan peperangan bawah air (underwater warfare). Ia mengatakan, teknologi ini penting digunakan untuk mendeteksi keberadaan dan posisi kapal selam asing.

“Akan tetapi, masalah bisa terjadi bila ada suatu zona di bawah laut yang aman untuk sandar atau kedap deteksi suara. Maka disinilah terjadi shadow zone, wilayah dibawah permukaan laut yang tidak dapat dideteksi oleh instrumen sonar atau echosounder,” kata Prof Henry dalam acara The Ocean Voice Special Edition Series 45 yang diselenggarakan oleh Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University.

Prof Henry menjelaskan, pada area shadow zone inilah kapal selam musuh atau kapal selam asing tidak terlacak sehingga kapal selam asing tersebut dapat melakukan misi pengintaian.

“Masuknya kapal-kapal selam ke wilayah laut Indonesia lewat alur Laut Kepulauan Indonesia (Alki) kebanyakan tidak terpantau dengan optimal, mengingat jumlah armada kapal patroli
yang dilengkapi sonar masih terbatas,” ungkap Prof Henry, penulis buku Teknik Deteksi Bawah Air dan Teknologi SONAR.

Pada kesempatan ini, Prof Henry merekomendasikan tiga hal diantaranya perlu pembaharuan data kelautan seperti temperatur, salinitas, kedalaman, dan kecepatan suara di seluruh perairan Indonesia. Ia juga menyarankan untuk melakukan pemodelan dan simulasi propagasi gelombang akustik bawah air di perairan Indonesia pada musim yang berbeda. Tidak hanya itu, ia menyarankan agar penggunaan teknologi SONAR untuk mendeteksi kapal selam dan objek bawah air lainnya perlu diimplementasikan secara komprehensif dengan kerjasama berbagai pihak.

“Pemodelan dan algoritma membantu kita untuk menduga deteksi shadow zone, mengingat wilayah Indonesia yang luas dan beberapa wilayah belum disurvei maka pemodelan ini sangat membantu untuk deteksi area shadow zone. Pemodelan pasti ada sisi keterbatasan sehingga itulah pentingnya survei untuk menambah kelengkapan data,” lanjut Prof Henry.

Menanggapi hal tersebut, Laksamana Madya Nurhidayat, Komandan Pusat Hidro Oseanografi TNI Angkatan Laut, mengungkap sejumlah upaya yang telah digagas oleh TNI-AL melalui kerjasama dengan peneliti dari berbagai pusat riset dan perguruan tinggi. Beberapa diantaranya melalui ekspedisi Jalacitra 1 tahun 2021 di perairan Halmahera dan Papua, ekspedisi Jalacitra 2 tahun 2022 di Laut Banda, dan Jalacitra 3 tahun 2023 di Laut Flores.

“Data survei hidro-oseanografi yang ada bisa dimanfaatkan untuk memetakan area shadow zone, menentukan daerah yang aman untuk navigasi, membuat daerah latihan, daerah pembuangan amunisi, instalasi objek bawah air, membersihkan daerah ranjau, dan pembuatan peta militer,” jelas Laksamana Madya Nurhidayat.

Sementara, Dekan FPIK IPB University, Prof Fredinan Yulianda, menghimbau bahwa menjaga ekosistem serta menyusun strategi pemanfaatan sumber daya pulau-pulau kecil dari segi teknis, pemanfaatan, dan keamanan adalah kewajiban bersama. (RAT/DHAA/ra).