Dosen IPB University Wakili Indonesia dalam 3rd Regional Task Force Meeting on Biofouling Management and Aquatic Invasive Species di Laut Timur Asia

Dosen IPB University Wakili Indonesia dalam 3rd Regional Task Force Meeting on Biofouling Management and Aquatic Invasive Species di Laut Timur Asia

Dosen IPB University Wakili Indonesia dalam 3rd Regional Task Force Meeting on Biofouling Management and Aquatic Invasive Species di Laut Timur Asia
Berita

Dosen IPB University, Dr Mochammad Riyanto dan Dea Fauzia Lestari SIK, MSi mewakili Indonesia pada kegiatan 3rd Regional Task Force Meeting on Biofouling and Aquatic Invasive Species di Laut Timur Asia. Masing-masing dari keduanya memaparkan laporan kemajuan Indonesia terkait perkembangan manajemen biofouling dan hasil penelitian tentang Port Biological Baseline Survey dan potensi invasif spesies di wilayah pelabuhan di Indonesia.

Regional meeting ini diselenggarakan oleh International Maritime Organization (IMO) bekerja sama dengan Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA) di Sheraton Hotel Surabaya, Indonesia (20-22/9). Kegiatan bertujuan untuk membahas laporan tiap negara terkait perkembangan manajemen biofouling di masing-masing negara anggota dan menetapkan draf Regional Strategy on Biofouling Management in the East Asian Seas (EAS) Region yang telah disusun oleh PEMSEA.

Pada hari pertama, Dr Mochammad Riyanto, dosen IPB University dari Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University memaparkan tentang hasil studi National Economic Rapid Assessment of Biofouling Management and Invasive Aquatic species of Indonesia yang telah dilakukan selama satu tahun studi.

Ia mengurai, penilaian dampak ekonomi biofouling terhadap industri maritim di Indonesia meliputi 7 sektor industri antara lain transportasi laut, kepelabuhanan, akuakultur, perikanan tangkap, pertambangan lepas pantai, kapal rekreasi, dan pariwisata laut.

“Semoga dengan adanya penilaian dampak ekonomi semua negara, khususnya di ASEAN, bisa menjadi perhatian bahwa apabila dikelola dengan beberapa kebijakan strategis, maka dampak biofouling di level global, regional maupun nasional dapat dikurangi,” tandasnya.

Dr Lilia Khodjet, Project Technical Manager IMO menyambut baik hasil studi ini. Menurutnya, ini merupakan studi pertama yang dilakukan oleh negara di ASEAN. Hasil studi dapat digunakan sebagai dasar penyusunan National Strategic and Action Plan of Biofouling Management. Senada, Dr Aimee Gonzales dari PEMSEA mengatakan, studi ini dapat menjadi pembelajaran bagi negara lain di ASEAN dalam melakukan economic assessment biofouling.

Pada hari kedua, Dea Fauzia Lestari SIK, MSi selaku dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB University menyajikan hasil penelitian tentang Port Biological Baseline Survey dan potensi invasif spesies di wilayah pelabuhan di Indonesia. Riset tersebut telah dilakukannya pada tahun 2019 dan 2021.

“Identifikasi biota di pelabuhan penting sebagai basis data pengelolaan biofouling dan biota invasive, serta bahan untuk konsep Same Risk Area antara Indonesia dan kedua negara tetangga yaitu Malaysia dan Singapura,” tuturnya.

Regional strategy dan action plan diterima oleh seluruh anggota dan akan dibawa dalam forum R&D meeting IMO di Busan, Korea Selatan tahun 2024.

Dr Hartanto, Direktur Perkapalan dan Kepelautan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan yang bertindak sebagai pimpinan meeting menjelaskan tentang pentingnya pengelolaan biofouling di negara-negara ASEAN. Ia juga menekankan perlunya strategi serta rencana aksi yang dapat menjadi acuan bagi tiap negara.

Kegiatan diikuti sebanyak 12 delegasi negara yaitu dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, Laos, Brunei Darussalam, Kamboja, Timor Leste, Jepang dan Korea Selatan. Peserta lain yang bergabung dari partner nonpemerintah adalah dari IMO, PEMSEA, SDS Test, Global Test Net dan Blustreak.