Dosen IPB University Soroti Melambungnya Harga Beras di Indonesia
Dr Sahara, dosen IPB University sekaligus pengamat ekonomi mengatakan fenomena kenaikan harga beras sudah terjadi beberapa bulan lalu. Hal ini diperparah oleh krisis iklim akibat El Nino sehingga produksi beras domestik mengalami penurunan.
Bahkan, kata Dr Sahara, di periode Juli hingga September 2023, produksi beras turun sekitar empat persen dibanding periode yang lalu. Ia juga menyebut, Trading Economics juga sudah memperkirakan inflasi pangan volatil di Indonesia akan mencapai tiga persen di akhir kuartal tahun ini.
Sementara, di tingkat global, kenaikan harga beras merupakan dampak dari kebijakan India yang menahan impor untuk mengamankan stok beras pasca banjir.
“Kombinasi kedua hal tadi, penurunan produksi dalam negeri dan kenaikan harga beras di tingkat internasional berkontribusi pada kenaikan harga beras di Indonesia yang juga menjadi komoditas pokok dan penyumbang inflasi utama,” kata Dr Sahara dalam acara Market Review IDX Channel, 4/9.
Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Ekonomi itu menjelaskan, salah satu cara untuk mengamankan cadangan stok beras dalam negeri dan menjaga stabilitas harga beras, adalah Bulog berupaya mengatasi melalui impor. Ketersediaan beras ini menurutnya harus terus dipantau karena akan ada persaingan sengit atas kuota impor beras dari Thailand dan Vietnam dengan negara lainnya.
“Saya optimis, kekurangan kuota impor beras sebesar 400 ribu akan bisa direalisasikan oleh Bulog karena Indonesia sudah menjadi bagian lama dari kedua negara importir beras tersebut. Kemampuan negosiasi Bulog mewakili pemerintah sangat diperlukan di sini,” kata Dr Sahara.
Ia memprediksi, kenaikan harga beras akan terus terjadi mengingat India sedang menahan stoknya. Hukum pasar, menurutnya, juga akan terjadi karena permintaan beras di tingkat dunia sangat tinggi sementara ketersediaan beras di pasar dunia relatif sedikit.
“Hal ini akan menimbulkan kenaikan harga beras, belum lagi di Indonesia sudah terjadi kekeringan dan diperkirakan akan berlangsung cukup panjang. Perkiraan BMKG curah hujan rendah di beberapa wilayah Indonesia, termasuk wilayah penghasil beras,” tutur dia. (MW/ra)