Dosen IPB University: Booster Rumpon Protein Hewani dan Perangkap Krendet Bertingkat Tingkatkan Produktivitas Tangkapan Nelayan

Dosen IPB University: Booster Rumpon Protein Hewani dan Perangkap Krendet Bertingkat Tingkatkan Produktivitas Tangkapan Nelayan

Dosen IPB University: Booster Rumpon Protein Hewani dan Perangkap Krendet Bertingkat Tingkatkan Produktivitas Tangkapan Nelayan
Berita

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University melaksanakan sosialisasi inovasi teknologi booster rumpon protein hewani sebagai alat bantu pemikat dan pengumpul ikan yang efektif pada perikanan payang (boat seine).

Sosialisasi dilakukan kepada para nelayan yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Harapan Kita Bina Nusantara di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dalam kegiatan tersebut, juga disampaikan terkait penggunaan perangkap krendet bertingkat untuk pemanfaatan lobster dan rajungan.

“Kami selalu siap untuk bersinergi dengan para nelayan perikanan tangkap di Palabuhanratu untuk memberikan akses informasi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang telah dihasilkan oleh kampus. Sosialisasi ini sekaligus untuk mendiseminasikan inovasi teknologi hasil penelitian kepada masyarakat nelayan untuk dapat meningkatkan hasil tangkapan ikan dan pendapatan mereka,” kata Ketua Departemen PSP IPB University, Prof Eko Sri Wiyono.

Kegiatan pengabdian masyarakat itu melibat sejumlah dosen Departemen PSP IPB University di antaranya Dr Zulkarnain, Dr Ronny I Wahju, Dr Fis Purwangka, Dr Darmawan, Dr Mokhammad Dahri Iskandar, Dr Didin Komarudin, Dwi Putra Yuwandana, MSi, Dr Mustaruddin, Prof Eko Sri Wiyono, Prof Domu Simbolon dan Thomas Nugroho, MSi.

Dr Zulkarnain menjelaskan, inovasi teknologi booster rumpon protein hewani merupakan alat bantu penangkapan ikan (ABPI) untuk memikat dan mengumpulkan ikan sehingga memudahkan proses penangkapan oleh alat tangkap yang digunakan oleh nelayan. Booster rumpon protein hewani dapat digunakan untuk berbagai alat penangkapan ikan (spesifik alat tangkap) yang akan disesuaikan dengan aspek teknis konstruksi alat tangkap dan cara pengoperasiannya.

“Booster rumpon protein hewani adalah hasil pengembangan riset sebelumnya dan telah kami diseminasikan kepada nelayan bagan apung dan pancing ulur di Desa Palabuhanratu. Persentase peningkatan produksi ikan hasil tangkapan masing-masing sebesar 165 persen dan 58 persen,” ujar Dr Zulkarnain.

Lebih lanjut, ia mengatakan booster rumpon protein hewani memiliki peluang keberhasilan yang sama untuk memberikan peningkatan hasil tangkapan ikan pada kapal payang di Palabuhanratu. Berkumpulnya ikan-ikan kecil dekat dengan permukaan air akan memunculkan kelompok ikan sedang dan besar lainnya untuk memangsa ikan-ikan kecil tersebut. “Munculnya ikan-ikan di permukaan air adalah peluang yang sangat besar bahwa kapal payang akan mendapatkan hasil tangkapan ikan,” tandasnya.

Pada kesempatan yang sama, juga dipaparkan tentang inovasi teknologi alat penangkapan lobster dan rajungan yang disebut dengan perangkap krendet bertingkat. Perangkap krendet bertingkat adalah pengembangan desain dan konstruksi dari krendet tradisional yang masih dioperasikan oleh nelayan.

“Keunggulan dari perangkap krendet bertingkat adalah memiliki area penangkapan yang cukup luas karena lobster atau rajungan dapat tertangkap pada perangkap bagian konstruksi bawah dan atas. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah hasil tangkapan pada perangkap bagian konstruksi bawah dan atas masing-masing mencapai 191 ekor (68,2 persen) dan 89 ekor (31,8 persen),” urai Dr Zulkarnain.

Keunggulan lainnya, lanjut dia, lobster dan rajungan yang tertangkap pada perangkap krendet bertingkat terlindung dari predator/pemangsa. Alat tangkap ini dapat dijadikan alat tangkapan tambahan bagi nelayan skala kecil sebagai pola multigear, di mana perangkap krendet bertingkat dioperasikan bersama-sama dengan alat tangkap utama dari setiap perahu nelayan yang dioperasikan. (*/Rz)