Diaspora Talk VII: Strategi HA IPB University Perluas Koneksi Global untuk SDM Unggul
Himpunan Alumni (HA) IPB University menyelenggarakan Diaspora Talk VII bertajuk ‘Gapai Mimpi ke Luar Negeri’. Kegiatan ini digelar sebagai inspirasi dan sumber informasi untuk mentee Diaspora Mentoring, alumni IPB University dan masyarakat umum yang bercita-cita untuk melanjutkan studi ke luar negeri.
Ekspansi koneksi global dengan sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing di kancah internasional menjadi satu di antara misi HA IPB University. Saat ini, IPB University telah memiliki alumni di 35 negara dan membentuk lima dewan pimpinan cabang (DPC) internasional.
“Mimpi merupakan modal untuk menyemangati diri kita sendiri agar dapat mewujudkan cita-cita berkuliah ke luar negeri. Niat yang kuat bisa membantu kita untuk mencapai segala hal yang kita cita-citakan,” ungkap Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) HA IPB University sekaligus Direktur Hubungan Alumni, drh Sukma Kamajaya, MM.
Sementara itu, Prof Iskandar Z Siregar, Wakil Rektor IPB University bidang Konektivitas Global, Kerjasama dan Alumni menyampaikan, “IPB University mendorong sekali kegiatan-kegiatan internasionalisasi ini untuk membuka wawasan bagi dosen dan mahasiswa.”
Priman Alfred Fau, awardee Stefan Banach dari NAWA Polandia berbagi cerita perjalanannya mengejar mimpi di luar negeri. Ia memperkenalkan Stefan Banach, sebuah beasiswa baru untuk negara berkembang dengan program kuliah menggunakan full in English untuk program magister. Beasiswa ini tidak ada keharusan untuk belajar bahasa Polandia.
“Dalam program ini, kita bebas memilih perguruan tinggi mana yang diminati di Polandia. Persyaratannya sangat mudah, yaitu memiliki ijazah S1, belum memiliki gelar magister, memiliki sertifikat bahasa Inggris minimal B2, surat rekomendasi dan paspor. Perlu dipahami juga bahwa beasiswa ini tidak rumit, tidak meminta esai dan lain-lain,” lengkapnya.
Berbeda dengan Ilham Maulidin, alumni Hokkaido University. Ia mengimbau para peserta untuk tidak hanya meraih gelar, tetapi juga membawa pengalaman dan ilmu yang diperoleh untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat dan bangsa.
“Hidup mandiri di luar negeri akan meningkatkan skill growth personal dan prospek karier kita. Jepang dapat menjadi tempat studi lanjut yang dapat dipertimbangkan karena merupakan negara yang menerapkan sistem master by research, sehingga kuliahnya lebih sedikit daripada penelitian,” Imbuh Ilham.
“Apakah mewujudkan mimpi itu mudah? Tentunya tidak. Kita perlu memaksa diri dengan memprioritaskan kebutuhan kita untuk mewujudkan mimpi tersebut. Untuk mewujudkan mimpi itu, saya harus berjuang ekstra dan berjuang lebih keras dari orang lain,” pesan Kartika Susilo, PhD Candidate of Wageningen University Research.
Kartika tidak hanya berbicara tentang studi akademiknya, tetapi juga bagaimana dia membangun jaringan, mengatasi kesulitan dan menemukan kepemimpinan dalam komunitas diaspora.
Acara Diaspora Talk VII tidak hanya menjadi sumber pengetahuan, tetapi juga penghubung antara mimpi dan realitas. Hal ini diharapkan dapat menjadi cikal bakal perubahan dan memberikan tongkat estafet kepada generasi berikutnya untuk terus berjuang mencapai mimpi dan menginspirasi. (SMH/Rz)