Departemen ITK IPB University Gelar BUDEE Post-Cruise Training: Pengolahan dan Analisis Data Akustik Bawah Air
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB University mengadakan Post-Cruise Training Series #3: Underwater acoustic data processing and analysis, 28/8. Series pelatihan ini merupakan salah satu aktivitas yang menjadi bagian dari kegiatan Banggai Upwelling Dynamics and Ecosystem Experiment (BUDEE) yang direncanakan dari tahun 2022-2025.
Prof Fredinan Yulianda, Dekan FPIK IPB University berpesan bahwa pelatihan ini harus mampu memberikan manfaat signifikan dalam upaya pengelolaan sumber daya laut, mengingat besarnya potensi sumber daya laut yang dimiliki oleh Indonesia.
“Laut kita merupakan laut yang diincar oleh negara lain karena luas laut kita yang besar, namun pengelolaan sumber daya laut hingga saat ini belum mampu memberikan manfaat signifikan bagi bangsa. Hal ini menjadi tantangan bagi kita dalam pengelolaan laut karena dilihat dari besarnya sumber daya harusnya kita sudah sejahtera,” katanya.
Prof Agus Atmadipoera, Koordinator BUDEE mengungkapkan bahwa program ini merupakan program yang diendorsed oleh UNESCO-IOC WESTPAC untuk program riset Cooperative Study on Kuroshio (CSK-2). Program ini juga berkontribusi ke UN Decade of Ocean Science 2021-2030.
“Program UNESCO ini berfokus pada studi dan pengelolaan ilmu kelautan dan oseanografi di wilayah Pasifik Barat. Melalui BUDEE ini kami ingin menyelidiki bagaimana dinamika perairan Banggai berkorelasi dengan kondisi perairan Kuroshio,” ujar Prof Agus Atmadipoera, Guru Besar IPB University bidang Oseanografi Fisik.
Pada series kali ini, lanjut Prof. Agus, menghadirkan dua narasumber, yaitu Prof Henry Manik dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan dan Asep Priatna, MSi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Kedua pakar akustik kelautan ini memaparkan prinsip dasar akustik kelautan hingga aplikasi akustik kelautan dan kaitannya dengan disiplin ilmu lainnya. Sebagai contoh, dengan menghitung kekuatan pantulan balik gelombang suara dari objek tertentu seperti dasar laut, sedimen, maupun ikan, kita dapat mengidentifikasi profil dasar laut serta sedimen dan mengestimasi kelimpahan ikan atau organisme planktonik di suatu perairan.
“Perhitungan nilai kekuatan pantulan balik dari dasar laut (bottom backscattering strength/SS) membantu kita mengidentifikasi topografi dasar laut. Selain itu, kita juga dapat mengetahui sedimen dasar laut berdasarkan nilai SS dan diverifikasi dengan data coring sedimen,” jelas Prof Henry, Guru Besar IPB University Bidang Akustik Kelautan.
Asep Priatna selaku peneliti dari BRIN melanjutkan, “Akustik kelautan juga merupakan alat yang sangat dibutuhkan dalam kajian perikanan. Aplikasi metode akustik menyediakan informasi spesies, lokasi, dan kebiasaan yang mana ini penting untuk manajemen perikanan dan studi ekologi perikanan,” pungkasnya.
Dalam sesi praktikal, peserta diberikan tugas untuk menganalisis data akustik untuk ikan pelagis dan demersal. Peserta juga diberikan tugas untuk mengidentifikasi sedimen berdasarkan nilai SS dan memetakan secara spasial nilai SS sebagai syarat memperoleh sertifikat dan konversi kredit sebanyak dua SKS untuk mahasiswa Sarjana. Sebagai informasi, series pelatihan ini direncanakan ke dalam sembilan tema. Di masa mendatang, kegiatan ini tidak hanya menggandeng instansi dan akademisi dalam negeri, namun juga dari kancah internasional.
“Joint-lab analysis sedang kami upayakan, mudah-mudahan segera mendapat kabar baik,” harap Prof Agus. (RAT/ra)