PSKPL IPB University dan Umrah Kawal Rencana Pembangunan Desa Pesisir di Kawasan Konservasi Kepri
Kawasan konservasi tidak hanya berperan dalam menjaga kelestarian ekosistem pesisir, sumber daya ikan dan habitatnya. Kawasan tersebut juga harus mampu menciptakan kesejahteraan bagi para pelaku usaha kelautan dan perikanan yang berada di dalam kawasan.
Untuk itu, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PSKPL) IPB University dan Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) mengawal perencanaan pembangunan desa pesisir yang berada di dalam Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Wilayah Timur Pulau Bintan dan KKPD Bintan Tambelan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Rencana tersebut diinisiasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI bersama The United States Agency for International Development (USAID) Indonesia melalui program USAID Konservasi Laut Efektif (USAID Kolektif).
Kegiatan perencanaan tersebut didahului dengan Workshop Pemilihan Desa Prioritas. Workshop ini dihadiri oleh organisasi perangkat daerah di lingkup Provinsi Kepri dan Kabupaten Bintan, USAID dan Yayasan Ekologi.
“Kepulauan Riau memiliki banyak wilayah kawasan konservasi di perairan. Potensi ini mendukung dalam mewujudkan perikanan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakatnya yang tinggal di desa-desa pesisir, utamanya yang berada di dalam kawasan konservasi,” ujar Dr Said Sudrajad, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepri.
Untuk itu, sebutnya, workshop pemilihan desa prioritas ini diharapkan mampu menetapkan lokasi-lokasi prioritas sesuai dengan kondisi dan potensi kelautan dan perikanan.
Wakil Kepala PKSPL IPB University bidang Sosial Ekonomi dan Kebijakan, Akhmad Solihin, SPi, MH menjelaskan bahwa pemilihan desa prioritas ini merupakan langkah awal untuk pendalaman analisis situasional untuk tiga aktivitas, yaitu perikanan tangkap, perikanan budi daya dan wisata bahari.
“Desa yang terpilih akan mendapatkan pendampingan dan pelaksanaan program USAID Kolektif untuk meningkat kesejahteraan masyarakat desa yang tinggal di dalam kawasan konservasi,” tambah Akhmad Solihin.
Dr Ani Suryanti perwakilan dari Umrah, perguruan tinggi lokal mitra kolaborasi ini, menegaskan bahwa dalam pelaksanaan analisis situasional ini senantiasa memperhatikan keterlibatan para pihak, termasuk gender yang menjadi perhatian USAID Collective.
“Kegiatan penangkapan ikan di Bintan tidak hanya menjadi profesi kaum laki-laki, karena banyak ditemukan kaum perempuan berprofesi sebagai nelayan. Bahkan, dengan segala keterbatasannya, perempuan nelayan ini mampu berlayar jauh,” tambah Dr Ani Suryanti.
Kegiatan kolaboratif ini mendukung percepatan implementasi pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) khususnya SDGs 1 yaitu peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan di masyarakat pesisir dan SDGs 14 dengan upaya konservasi dan pelestarian kehidupan ekosistem pesisir dan laut. Program ini juga mendukung tujuan SDG 5 yaitu kesetaraan gender, karena mendukung penguatan perempuan dalam upaya peningkatan kesejahteraan keluarga serta upaya perempuan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut. (ASH/NAD/Rz)