Dua Guru Besar IPB University Hadiri Dialog Nasional Bappenas, Beri Rekomendasi Mitigasi Perubahan Iklim
Dua Guru Besar IPB University menghadiri dialog nasional tentang “Antisipasi Dampak Perubahan Iklim untuk Pembangunan Indonesia Emas 2045,” 21/8. Dua Guru Besar IPB University tersebut yaitu Prof Rokhmin Dahuri, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University dan Prof Daniel Murdiyarso, Guru Besar Geofisika dan Meteorologi IPB University serta Peneliti Center for International Forestry Research (CIFOR). Keduanya membeberkan opini dan rekomendasi terhadap dampak perubahan iklim.
Keduanya beranggapan bahwa perubahan iklim perlu ditanggapi serius untuk menuju Indonesia Emas 2045 dan Net FOLU Sink ingin tercapai. Menurutnya, blue carbon dan pemanfaatan ekosistem lahan gambut dan mangrove dapat menjadi jawaban untuk memitigasi perubahan
iklim.
Prof Rokhmin Dahuri mengurai bahwa sebagai negara tropis, kemampuan toleransi terhadap suhu sangat penting. Apabila suhu meningkat tinggi, kemudian air laut juga meningkat, maka berbagai jenis ikan di laut memiliki peluang kematian yang tinggi. Hal ini dikarenakan sebagian besar pulau di Indonesia berukuran kecil, sehingga penting untuk menjaga laut dan perikanan Indonesia.
“Fokus penanganannya adalah dengan mengurangi sumber penyebab perubahan iklim dan mengurangi produksi karbon. Perlu upaya yang serius dalam hal adaptasi perubahan iklim. Solusinya, kita mereduksi CO2, dengan mengaktifkan blue carbon,” katanya.
Prof Rokhmin menerangkan, rencana pembangunan dua juta hektar lahan pesisir dan laut untuk dijadikan farm mikroalga, menurutnya sudah tepat untuk memproduksi biofuel yang lebih ramah laut.
“Mikro agroculture, selain menghambat global warming juga memproduksi biofuel yang sangat compatible. Dari segi adaptasi, ada biologi fisik dan sosial ekonomi, dari sudut biologi sudah
ditemukan lima jenis spesies ikan bandeng, udang yang resisten terhadap peningkatan suhu,” lanjut dia.
Sementara, Prof Daniel mengungkap bahwa ekosistem lahan gambut dan mangrove berpotensi besar untuk memitigasi perubahan iklim. “Kapasitas mangrove untuk menyimpan karbon tiga kali lebih banyak dibandingkan jenis hutan lainnya. Jumlah dan luas lahan gambut di dunia juga tiga kali lebih besar daripada data statistik yang kita ketahui sebelumnya,” katanya.
Pakar IPB University itu melanjutkan, potensi kedua ekosistem tersebut dapat menyimpan sebesar 55 miliar ton karbon untuk lahan gambut dan 3,14 miliar ton karbon untuk mangrove. Nilai tersebut sesuai dengan target perjanjian Paris sebelum tahun 2050.
“Dengan kata lain Indonesia tidak berkontribusi menghasilkan emisi sebesar itu, maka persoalan dunia selesai disini, namun kita juga memiliki agenda pembangunan yang menyangkut opportunity cost,” tambahnya. (MW/ra)