DPMA Bersama Fema IPB University Inisiasi Pembentukan Komunitas Peduli Stunting di Kelurahan Balumbangjaya
Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim (DPMA) bersama Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University menginisiasi pembentukan Komunitas Peduli Stunting melalui Gerakan IPB Cegah Stunting (Gisting) di Kelurahan Balumbangjaya, Bogor, Jawa Barat. Bertempat di Kebun Merdesa, DPMA, Fema IPB University dan Kelurahan Balumbangjaya menginisiasi pertemuan kerja sama untuk membentuk komunitas peduli stunting.
Gisting merupakan program yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama di desa lingkar kampus, melalui pencegahan stunting. Hingga saat ini, stunting masih menjadi isu prioritas nasional yang harus segera ditindaklanjuti untuk dientaskan. DPMA dan Fema IPB University ikut andil dalam meramu model ekosistem desa untuk mencegah stunting yang tujuan akhirnya adalah menurunkan prevalensi stunting demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
“IPB University sebagai lembaga akademisi berberperan dalam mengedukasi dan mendampingi masyarakat untuk pencegahan dini yang lebih holistik dan terintegrasi dengan melibatkan pihak masyarakat sebagai aktor utama,” ungkap Asisten Direktur PMA IPB University, Dr M Iqbal Irfany belum lama ini.
Ia menyampaikan, inisiasi pembentukan komunitas adalah hasil diskusi bersama para ahli dari Fema IPB University yang melihat bahwa isu stunting memerlukan keterlibatan banyak pihak. Kelurahan Balumbangjaya dipilih berdasarkan kesediaan pemerintah desa yang terbuka dan memiliki keinginan yang sama dalam menanggapi isu stunting.
Para ahli dari Fema IPB University yang ikut terlibat adalah Dr Sofyan Sjaf (Dekan Fema, pakar sosiologi pedesaan), Dr Tin Herawati (Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), ahli ilmu keluarga) dan Reisi Nurdiani, SP, MSi (Dosen Departemen Gizi Masyarakat). Adapun pihak masyarakat dari Kelurahan Balumbangjaya yang turut hadir di antaranya R. Andrie Koesnandar, SSTP (Sekretaris Lurah), bidan, ketua pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK), kader posyandu, dan petugas lapangan keluarga berencana (PLKB).
Banyak faktor langsung (intervensi spesifik) dan tidak langsung (intervensi sensitif) yang mempengaruhi terjadinya stunting pada anak. “Ketersediaan data potensial desa dapat memberikan potensi kajian terkait pola konsumsi, pendidikan, ekonomi dan lainnya untuk selanjutnya dapat diintervensi berdasarkan kebutuhan dengan tepat,” ucap Dr Sofyan.
Dr Tin Herawati turut menyampaikan hasil penelitiannya dari berbagai daerah di Indonesia mengenai stunting. “Setiap daerah memiliki penyebab stunting yang beragam. Tidak hanya tentang kekurangan gizi atau faktor langsung, tetapi bisa lebih kompleks akibat faktor tidak langsung seperti ekonomi dan pendidikan,” kata dia.
Menurut dia, penanganan stunting untuk setiap kasus pun berbeda-beda, sehingga diperlukan metode dan sasaran yang tepat agar lebih efektif. “Namun, utamanya terletak pada gizi yang diserap dari pola konsumsi,” tandas Dr Tin.
Dalam kesempatan itu, Reisi Nurdiani, MSi menjelaskan stunting dapat diprediksi sebelum bayi dilahirkan. Itulah sebabnya perlu upaya pencegahan dengan menyiapkan ibu yang sehat dan berkualitas sejak usia remaja.
“Dengan demikian, dampak besar akibat stunting seperti risiko gangguan metabolik, tingkat kecerdasan menurun, kerugian ekonomi akibat SDM rendah dan ancaman bonus demografi dapat diminimalisasi,” urai dia.
Menanggapi hal itu, pihak Kelurahan Balumbangjaya menyambut baik pendampingan IPB University dalam pembentukan komunitas peduli. Harapannya, komunitas ini bisa berperan secara aktif, efektif dan menjadi model program penurunan dan pencegahan stunting berbasis data. Partisipasi komunitas dalam model ekosistem masyarakat desa ini diharapkan bisa diterapkan di berbagai daerah. (*/Rz)