Dewan Guru Besar IPB University Kupas Urgensi Akurasi Data dan Penggunaan Teknologi Terkini untuk PHT Masa Depan

Dewan Guru Besar IPB University Kupas Urgensi Akurasi Data dan Penggunaan Teknologi Terkini untuk PHT Masa Depan

Dewan Guru Besar IPB University Kupas Urgensi Akurasi Data dan Penggunaan Teknologi Terkini untuk PHT Masa Depan
Berita

Dewan Guru Besar (DGB) IPB University menyelenggarakan webinar dengan tema “PHT Masa Depan: Pemanfaatan Berbagai Teknologi Maju untuk Mendukung Penerapan PHT di Indonesia,” 15/8. Webinar ini berupaya menggelorakan kembali semangat Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di masa depan dengan mengkombinasikan data dan teknologi.

Kegiatan ini menghadirkan dosen IPB University, akademisi dari perguruan tinggi Indonesia, dan pihak pemerintah untuk mengupas tuntas dan rekomendasi pemanfaatan teknologi
kekinian demi mendukung program PHT.

Dr Yeni Herdiyeni, dosen IPB University dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam membahas tentang pentingnya penggunaan IoT (Internet of Things) dan kecerdasan buatan (AI) dalam penerapan pengendalian hama terpadu (PHT). Ia menjelaskan bahwa IoT dan kecerdasan buatan dapat menjadi dasar penerapan pertanian cerdas dan pengembangan PHT 4.0.

“Teknologi IoT dan AI dapat dikembangkan menjadi teknologi mobile sebagai perpustakaan digital, sistem identifikasi penyakit tanaman, dan sistem pengendalian penyebaran penyakit tanaman, hingga pengiriman data dari lapangan ke pusat,” jelas dia.

Dosen IPB University itu menjelaskan, penggunaan deep learning pada AI juga dapat mengukur tingkat keparahan penyakit tanaman, bukan lagi hanya menggunakan buku panduan. Saat ini ia juga sedang mengembangkan sistem PHT berbasis graf dan ontologi yang tidak hanya berbasis gambar.

Sementara, Dr Ali Nurmansyah, Ketua Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB University, menerangkan bahwa teknologi AI akan semakin diperlukan dalam monitoring tanaman. Menurutnya, perlu ada metode pengamatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) alternatif yang mampu memberikan data serangan OPT lebih akurat, singkat, dan secara real time.

“Saat ini praktik monitoring OPT kita masih mengandalkan pengamatan langsung dan keliling, cara ini menghasilkan data yang kurang akurat, perhitungan tingkat kerusakan ekonomi juga menjadi kurang akurat sehingga perlu ada pengembangan teknologi digital dalam monitoring OPT,” katanya.

Sementara itu, Dr Akhmad Arifin Hadi, dosen IPB University dari Departemen Arsitektur Lanskap, mengatakan keakuratan dan keaktualan data tersebut memang sangat diperlukan untuk pembangunan saat ini. Hal ini karena PHT berkaitan erat dengan perencanaan tata ruang. Menurutnya, pemetaan partisipatif menjadi salah satu cara untuk mengisi disharmoni antara perencanaan tata ruang dan PHT di skala tapak.

“Pemetaan partisipatif berbasis geotagged photos perlu dipertimbangkan oleh pemerintah
untuk menjadi peraturan dalam perolehan data lapang pertanian yang kemudian diproses
untuk pengambilan keputusan di berbagai skaks administratif,” katanya. (MW/ra)