BPDPKS Gandeng IPB University Sosialisasikan Manfaat Minyak Makan Merah di Pekanbaru untuk Pencegahan Stunting
Setelah sebelumnya sukses di Bandung, Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) IPB University bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) kembali menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Manfaat Minyak Makan Merah untuk Kuliner dan Kesehatan di Pekanbaru, Riau pada Selasa (22/8) yang bertempat di Gedung SKA Co Ex Pekanbaru.
Dr Dwi Setyaningsih, Sekretaris SBRC IPB University menyatakan tujuan dari sosialisasi ini adalah agar masyarakat menyadari manfaat minyak makan merah dari sawit untuk kesehatan karena kandungan yang terdapat di dalamnya. Kandungan pro vitamin A berupa karoten dan vitamin E terutama tocotrienol dalam minyak makan merah tidak dijumpai pada minyak nabati lain.
“Produksi minyak makan merah dapat dilakukan pada skala kecil oleh usaha kecil, menengah dan koperasi (UKMK). Selain produk utama, hasil sampingnya berupa cangkang, serat dan lumpur sawit dapat digunakan untuk bahan bakar atau pakan ikan. Bahkan, daunnya dapat dimanfaatkan untuk teh sawit dan sapu lidi yang bernilai tambah untuk mendukung ekonomi sirkular masyarakat setempat,” ulasnya.
Kepala Divisi UKMK BPDPKS, Helmi Muhansyah mengatakan bahwa kegiatan di Riau kali ini adalah mempromosikan minyak makan merah untuk kesehatan dan kuliner. Pasalnya, ia menyebutkan minyak goreng biasa yang berkembang saat ini tidak mengandung vitamin A dan vitamin E.
“Kita tahu yang berkembang saat ini adalah minyak goreng biasa yang kandungan vitamin A dan E-nya sudah tidak ada. Tapi minyak makan merah ini kandungan kedua vitamin itu sangat banyak sekali. Masyarakat harus tahu, karena ini berkaitan tentang program pemerintah untuk menurunkan stunting. Minyak makan merah ini memiliki manfaat bisa menurunkan stunting karena kandungan vitaminnya tersebut,” tutur dia.
Dalam skala industri, Helmi melanjutkan, pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM telah menyiapkan tiga piloting di Sumatera Utara dan sedang berjalan. Sementara untuk skala menengah dan kecil masih terus dilakukan risetnya di berbagai pusat studi.
Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait manfaat minyak sawit merah dan diharapkan pihak UKM dapat menerapkannya. Helmi optimis bahwa minyak makan merah dapat diproduksi di Riau yang notabene termasuk daerah sentra produksi sawit terbesar di Indonesia. Namun, ia mengatakan bahwa penting agar masyarakat diberikan pemahaman tentang minyak sawit merah.
“Karena masyarakat harus paham dulu, dari sisi tampilan dia berbeda, berwarna merah. Namun dari segi manfaat minyak makan merah sangat bermanfaat sekali. Maka kita sosialisasikan dulu manfaatnya,” ungkap Helmi.
Dalam kegiatan sosialisasi tersebut para peserta diberi berbagai pemaparan meliputi manfaat kesehatan dan penyajian minyak sawit merah, teknologi produksi Crude Palm Oil (CPO) dan minyak makan merah. Tak hanya itu, peserta juga mendapatkan pengetahuan mengenai pengembangan produk turunan minyak makan merah serta potensi dan analisis usaha minyak makan merah yang dapat diproduksi di level petani atau koperasi sawit.
Kegiatan ini diikuti oleh berbagai pihak meliputi dinas terkait, akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Riau, asosiasi petani sawit dan UKMK. Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lancang Kuning juga turut berpartisipasi membantu pelaksanaan acara. (*/Rz)