Jawab Keluh Kesah Petani Penawangan, Mahasiswa KKN-T Inovasi Datangkan Pakar IPB University
Mahasiswa IPB University yang tengah melakukan kegiatan pengabdian di Desa Ngeluk, Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan mengadakan kegiatan Smart and Healthy Agriculture. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata-Tematik (KKN-T) Inovasi dengan menghadirkan pakar IPB University, Bonjok Istiaji, SP, MSi dari Klinik Tanaman, Fakultas Pertanian.
Kegiatan ini berbentuk diskusi antara petani dan Bonjok Istiaji, SP, MSi. Beberapa permasalahan yang disampaikan adalah rumput bandel, tanaman padi merah, akar rusak, tikus sawah serta virus kuning dan kering pada tanaman terong. Permasalahan tersebut diungkapkan oleh anggota kelompok tani dari Desa Ngeluk, Desa Jatilor dan Desa Kemloko.
“Untuk pengendalian rumput harus mencari titik terlemah dari pertumbuhannya. Fase terlemahnya terletak pada fase kecambah. Berdasarkan pengalaman petani di Klaten untuk pengendalian rumput dapat menggunakan pelepah pisang yang digilaskan pada tanah yang selesai dibajak 1-2 hari,” jelas Bonjok.
Permasalahan berikutnya terkait tanaman padi merah dan akar rusak. Menurut Bonjo, masalah tersebut memiliki dua kemungkinan penyebab, pertama karena jerami yang dikembalikan ke tanah belum terurai sempurna sehingga menghasilkan panas pada tanah dan tanaman padi menjadi merah. Mikroorganisme yang menguraikan jerami akan berebut unsur hara dengan tanaman sehingga akar tanaman rusak.
“Kemungkinan kedua diakibatkan oleh wereng coklat yang biasa disebut sundep dan beluk. Pencegahannya dilakukan dengan memberikan jeda tanam agar jerami terurai dengan baik, pengolahan lahan yang baik, penanaman serentak, pengaturan waktu semai, penggunaan cendawan endofit serta pengumpulan telur wereng,” terang dosen IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman itu.
“IPB University siap membantu dalam pemberian teknologi seperti cendawan endofit serta menawarkan konsultasi lebih lanjut mengenai masalah pertanian,” imbuh dia.
Bonjok Istiaji juga menyampaikan pengendalian hama tikus yang paling efektif dengan menggunakan Trap Barrier System (TBS). Namun, dalam pelaksanaannya harus memperhatikan beberapa hal supaya tikus tidak dapat menerobos trap yang sudah dipasang.
Terkait daun tanaman terong yang menguning dan mengering, Bonjok menyampaikan, “Dari gejala yang disebutkan para petani, tanaman tersebut didiagnosis terserang virus yang menginfeksi melalui benih yang ditanam dan disebarkan oleh vektor penyakit yaitu kutu kebul. Pengendalian disarankan dengan tidak menanam tanaman yang tergolong satu famili serta dapat menggunakan chitosan sebagai zat antiviral, sehingga dapat memperkuat daya tahan tanaman.”
Kegiatan diakhiri dengan sosialisasi pupuk organik cair (POC) dari sampah organik limbah rumah tangga menggunakan metode ember tumpuk dan menggunakan kotoran sapi. Mahasiswa KKN-T Inovasi IPB University juga melakukan sosialisasi terkait maggot yang membantu proses penguraian sampah organik.
“Penggunaan POC sangat membantu dalam penyediaan unsur hara tanah oleh mikroorganisme, sehingga dapat menyehatkan tanah maupun tanaman. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan solusi dan mengajak petani untuk bertani dengan cerdas dan sehat,” tandas Ahmad Ilhami, salah satu mahasiswa KKN-T Inovasi.
Kegiatan Smart and Healthy Agriculture dihadiri oleh Dosen Pembimbing Lapang (DPL) yaitu Dr Rini Hidayati, Dr Bambang Dwi Dasanto dan Dr Sri Listyowati yang sekaligus melakukan supervisi terhadap mahasiswa KKN-T Inovasi. Turut hadir H Muhammad Safii, MPd selaku kepala desa beserta jajaran, Wakhid perwakilan Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, Totok Suryana Ketua Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Penawangan. (*/Rz)