IPB University Launching SIPESAT, Sistem Informasi Penilaian Kinerja dan Penguatan Kelembagaan Rantai Pasok Sawit

IPB University Launching SIPESAT, Sistem Informasi Penilaian Kinerja dan Penguatan Kelembagaan Rantai Pasok Sawit

ipb-university-launching-sipesat-sistem-informasi-penilaian-kinerja-dan-penguatan-kelembagaan-rantai-pasok-sawit-news
Riset

Kolaborasi antara IPB University dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) kembali mempersembahkan hasil penelitiannya kepada masyarakat. Salah satunya adalah SIPESAT IPB, sebuah sistem informasi yang bermanfaat untuk penilaian kinerja dan penguatan kelembagaan rantai pasok kelapa sawit petani swadaya. Peluncuran SIPESAT IPB dilakukan pada acara Launching Hasil Penelitian Unggulan IPB: Sawit 4.0 yang digelar Direktorat Riset dan Inovasi di IPB International Convention Center, Bogor (27/6).

Terlibat dalam kajian dan pengembangan sistem ini adalah Prof Marimin sebagai ketua, Prof Machfud, Prof Taufik Djatna, Dr Sapta Raharja, Dr Dadang Kurnia sebagai anggota. Kajian ini juga melibatkan peneliti dari perguruan tinggi lain di antaranya Prof Hesty Heryani (Universitas Lambung Mangkurat), Prof Fitra Lestari (Universitas Islam Negeri Riau), Prof Dompak Napitupulu dan Dr Ernawati Hamid (Universitas Jambi) serta dibantu asisten peneliti dan teknisi.

“Kelapa sawit merupakan komoditas utama dan unggulan yang memberikan sumbangsih signifikan pada produk domestik bruto (PDB). Bisnis kelapa sawit melibatkan jutaan petani, pedagang dan industri dalam menghasilkan produk-produk yang berguna bagi masyarakat. Komoditas kelapa sawit juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat Indonesia,” ujar Prof Marimin selaku ketua tim.

Meskipun demikian, lanjut dia, terlepas dari berbagai keunggulan komoditas kelapa sawit, sektor ini juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu untuk segera diselesaikan. Melihat dari berbagai kompleksitas permasalahan di rantai pasok agroindustri kelapa sawit, dalam kajian ini Prof Marimin bersama tim mengusulkan dua isu utama yang harus diselesaikan, yaitu kinerja rantai pasok dan kelembagaan kelapa sawit melalui dukungan sistem informasi.

“Petani swadaya sebagai aktor paling hulu rantai pasok kelapa sawit memerlukan dukungan agar dapat memproduksi komoditas kelapa sawit sesuai dengan kualitas yang diinginkan industri. Koperasi dan gabungan kelompok tani juga memerlukan dukungan, pelatihan dan arahan dalam pengembangan bisnis dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Industri kelapa sawit juga memerlukan pasokan bahan baku yang tepat kualitas, tepat jumlah dan tepat waktu,” ulasnya.

Prof Marimin menjelaskan, seiring dengan perkembangan teknologi digital dan industri 4.0, kinerja dan kelembagaan rantai pasok perlu diimplementasikan dalam suatu sistem yang adaptif yang mampu menjangkau semua aktor dalam rantai pasok. Sistem informasi ini dimaksudkan agar aktivitas dan transaksi sepanjang rantai pasok agroindustri kelapa sawit dapat dimonitor dan dideteksi jika terjadi isu yang harus segera diselesaikan.

“Digitalisasi proses dan transaksi pada agroindustri kelapa sawit dapat mendukung kesejahteraan aktor, peningkatan efisiensi dan efektivitas sepanjang rantai pasok. Sistem informasi ini juga memiliki kemampuan data analitik dalam deteksi kinerja rantai pasok yang rendah serta menawarkan kemudahan dalam dokumentasi data transaksi sepanjang rantai pasok kelapa sawit,” paparnya.

Prof Marimin menambahkan, SIPESAT IPB dikembangkan dengan tujuan agar aktor dapat melakukan self-assessment dalam penilaian kinerja rantai pasok. Kemampuan self assessment posisi kinerja menggunakan teknik Supply Chain Operation Reference (SCOR) untuk setiap aktor yang didasarkan pada setiap transaksi yang telah dilakukan sepanjang rantai pasok. Hal itu guna memudahkan dalam monitoring kinerja.

Selain itu, sistem ini tidak hanya memberikan informasi kinerja saat ini berdasarkan hasil analisis data, tetapi juga menyediakan rekomendasi dalam rangka meningkatkan kinerja dan penguatan kelembagaan rantai pasok.

“Sistem yang dikembangkan bersifat tightly coupled yang mendukung regulasi pemerintah (peraturan menteri pertanian/peraturan gubernur), mendorong efisiensi tata niaga, mendukung percepatan sertifikasi budi daya, serta mendukung stabilitas harga jual tandan buah segar (TBS) dari petani swadaya, di mana pelaku-pelaku di dalamnya terikat secara kuat satu dengan lainnya,” tutur dia.

Lanjut Prof Marimin, sistem informasi penilaian kinerja ini juga dilengkapi dengan fitur ketelusuran (traceability) TBS. Kehadiran fitur tersebut dapat memastikan bahwa kelapa sawit Indonesia dibudi dayakan di perkebunan legal.

Hingga saat ini, SIPESAT IPB telah diuji pada sentra produksi kelapa sawit di Provinsi Riau, Provinsi Jambi dan Provinsi Kalimantan Selatan. Sistem ini dapat membantu pelaku rantai pasok kelapa sawit di Indonesia dalam peningkatan kinerja dan penguatan kelembagaan kelapa sawit.

“Sistem informasi ini masih berpeluang untuk terus dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengguna di lapangan serta mendukung efisiensi rantai pasok. Beberapa potensi pengembangan selanjutnya adalah penilaian kinerja berbasis geografis serta traceability system secara real time yang dilengkapi kontrak digital berbasis blockchain,” ucap Prof Marimin.

Ia berharap dengan pengembangan tersebut para petani dan aktor lain dalam rantai pasok dapat memonitor perkembangan kinerja rantai pasok secara real time dan relasi bisnis pemasok TBS kepada pabrik kelapa sawit dengan smart kontrak. (*/Rz)