Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB University bersama Komite Nasional Indonesia-Irigasi Drainase Gelar Webinar Nasional Sumber Daya Air

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB University bersama Komite Nasional Indonesia-Irigasi Drainase Gelar Webinar Nasional Sumber Daya Air

departemen-teknik-sipil-dan-lingkungan-ipb-university-bersama-komite-nasional-indonesia-irigasi-drainase-gelar-webinar-nasional-sumber-daya-air-news
Berita

Perubahan Iklim telah berdampak pada sumber daya air dalam menunjang kegiatan pertanian. Untuk menghadapi hal tersebut, diperlukan kesiapan infrastruktur. Komite Nasional Indonesia-Irigasi Drainase (KNI-ID) bekerja sama dengan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan (SIL), Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB University menggelar webinar nasional bertema ‘Kesiapan Infrastruktur Sumber Daya Air Akibat Perubahan Iklim yang Berdampak Terhadap Ketahanan Pangan di Indonesia’ secara hybrid di Cyber Center Fateta, Kampus IPB Dramaga.

Webinar dibuka oleh Ketua Umum KNI-ID, Dr Sarwo Edhy. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa webinar ini sebagai sumbangsih KNI-ID dalam memformulasikan ide-ide yang tepat dalam menghadapi perubahan iklim, khususnya dalam penyiapan infrastrukturnya. 

Dalam webinar ini, menghadirkan tiga pembicara, yakni Dr Tesar Hidayat Musouwir (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat/PUPR), Dr Rahmanto (Kementerian Pertanian/Kementan) dan Kadarsah, MSi (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) dengan moderator Ir Suparji, SST, MT (Sekretaris Umum KNI-ID).

“Kementerian PUPR telah menyiapkan infrastruktur sumber daya air, termasuk dengan pemanfaatan sistem teknologi Informasi dan komunikasi (ICT) dalam menghadapi perubahan iklim,” terang Dr Tesar saat memberikan paparan.

Pada kesempatan itu, Dr Rahmanto menyampaikan bahwa Kementan telah melakukan berbagai usaha untuk menyelamatkan tanaman dalam mempertahan produksi dengan infrastruktur yang mendukung. Sementara, Kadarsah, MSi mempresentasikan data bahwa perubahan iklim nyata terjadi dengan kejadian ekstrim (El-Nino dan La-Nina) dengan frekuensi yang lebih pendek dan sering terjadi. 

Dalam diskusi mengemuka pemikiran dan ide untuk hemat air dari sumber air (bendungan), saluran dan tingkat petani dalam menghadapi perubahan iklim. Selain itu, perlunya sinkronisasi modernisasi irigasi dari seluruh pemangku kepentingan termasuk Kementan dan Kemen-PUPR. 

“Kita harus optimis dalam menghadapi perubahan iklim, perguruan tinggi siap memberikan masukan dan pemikiran dalam menyikapi fenomena ini,” ujar Prof Budi Indra Setiawan, dosen Departemen SIL IPB University. (CHA/Rz).