Memahami Tren Baru Peran Citizen Science dalam Konservasi Laut di Gili Matra

Memahami Tren Baru Peran Citizen Science dalam Konservasi Laut di Gili Matra

memahami-tren-baru-peran-citizen-science-dalam-konservasi-laut-di-gili-matra-news
Berita

Saat ini, peran citizen science dalam kegiatan riset lingkungan dan biodiversitas dinilai penting. Hal itu terungkap dalam kegiatan School of Coral Reef Restoration (Scores) yang digelar Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University.

“Citizen science merupakan trend baru dalam kegiatan riset lingkungan dan biodiversitas yang melibatkan partisipasi publik untuk berkolaborasi dengan ilmuwan dalam pengumpulan, analisis dan publikasi data penelitian. Hal ini berguna untuk menambah pemahaman dalam pengelolaan sumber daya yang ada serta meningkatkan jumlah data dan informasi,” ujar Cakra Adiwijaya dari Yayasan Gili Matra saat menjadi narasumber kegiatan Scores, belum lama ini.

Menurut Cakra, siapapun bisa menjadi peneliti dengan adanya citizen science. Citizen science merupakan sains bagi semua orang, khususnya bagi orang-orang yang berminat dan berkecimpung dalam research team.

“Aktivitas kami berfokus pada coral conservation, marine life conservation, shark conservation, plastic free paradise campaign,” jelasnya saat penyampaian materi.

Cakra mengungkap, sejumlah metode digunakannya dalam menjalankan program-program citizen science dalam Konservasi Laut di Gili Matra. Metode tersebut seperti mengukur coral health index dengan aplikasi CPCe, maintenance, coral watch, photo ID dan monitoring serta deploying hex domes.

Adapun, lanjut dia, dalam pemantauan terhadap ikan hiu dilakukan dengan beberapa metode seperti photo ID, survey dives, BRUF Photo ID dan Unite Gili. Sejumlah langkah tersebut dilakukan untuk melihat pola atau corak pada ikan hiu sehingga dapat diidentifikasi spesiesnya.

“Rencananya kami akan membuat Hans Reef Gili Air menjadi restoration dive site sesuai jalur yang sudah dipetakan”, jelas Cakra Adiwijaya.

Menariknya, Cakra melanjutkan, Yayasan Gili Matra juga mewadahi perempuan Indonesia untuk berkontribusi dalam kegiatan konservasi laut melalui scholarship program ‘Coral Catch’ yang berlokasi di Gili Air, Indonesia.

“Program ini dikhususkan bagi perempuan Indonesia yang sudah bersertifikasi selam untuk memberdayakan mereka yang ingin mengejar karirnya dalam bidang konservasi kelautan, sehingga tercipta komunitas perempuan yang menciptakan laut sehat dan bersama-sama dalam restorasi terumbu karang di Indonesia,” tambah Cakra.

Dr Beginner Subhan, salah satu dosen IPB University di Departemen ITK FPIK mengapresiasi program-program yang telah dicanangkan oleh Yayasan Gili Matra. Ia juga memberikan dukungan penuh untuk kolaborasi di masa mendatang antara pihak akademisi dan praktisi konservasi.

“Peran citizen science dalam konservasi karang semakin penting seiring dengan perkembangan teknologi dan kesadaran masyarakat,” sebutnya menanggapi peran citizen science.

Menurutnya, dengan keterlibatan aktif dari masyarakat umum, ilmuwan dan pemerintah, data dapat diperoleh secara lebih luas. Selain itu, citizen science akan mempercepat tindakan konservasi dan menjaga ekosistem karang yang sangat berharga bagi kehidupan laut dan manusia.

“Kegiatan restorasi terumbu karang tidak hanya bersifat direct atau satu arah seperti penanaman karang, tetapi banyak aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan dalam pelaksanaan restorasi terumbu karang seperti sosialisasi berupa ajakan untuk tidak membuang sampah di laut dan memperkenalkan terumbu karang serta pentingnya ekosistem tersebut bagi lingkungan terutama pesisir,” jelas Dr Beginner Subhan dalam sambutannya. (DHAA/ARS/Rz)