IPB University Adakan 1st Fire International Conference Bahas Isu Karhutla

IPB University Adakan 1st Fire International Conference Bahas Isu Karhutla

ipb-university-adakan-1st-fire-international-conference-bahas-isu-karhutla-news
Berita

Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (Fahutan) IPB University dan Kedutaan Besar Perancis mengadakan 1st Fire International Conference: Strengthening Collaboration on Global Forest and Land Fire Management di IPB International Convention Center.

Kegiatan ini diketuai oleh Dr Ati Dwi Nurhayati, dosen Fahutan IPB University dengan tujuan untuk berbagi pengalaman dari berbagai pemangku kepentingan terkait pencegahan karhutla khususnya dalam mengantisipasi dampak El-Nino. Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena El-Nino akan meningkat pada semester kedua tahun 2023. Fenomena ini dinilai akan berdampak buruk pada penurunan curah hujan.

Pada gilirannya, fenomena ini menyebabkan bencana kekeringan meteorologis dan meningkatkan kerentanan terhadap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di beberapa daerah rawan kebakaran, terutama di daerah lahan gambut.

Jean-Michel Dumaz, Duta Besar Perancis memberikan apresiasi besar kepada IPB University atas terselenggaranya acara 1st Fire International Conference.

“Kegiatan ini sangat relevan karena Perancis merupakan negara yang memilih luas hutan yang besar. Isu karhutla ini menjadi isu strategis yang harus sama-sama kita atasi bersama,” katanya.

Isu karhutla, ia melanjutkan, berdampingan erat juga dengan keutuhan biodiversitas dan perubahan iklim secara global. Konferensi ini dinilai akan membuahkan berbagai pemikiran cendekiawan untuk membantu mengatasi persoalan tersebut.

Prof drh Deni Noviana, Wakil Rektor IPB University bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan juga menyampaikan dalam sambutannya, isu karhutla sangat strategis karena musim kemarau akan segera datang.

“Berdasarkan data 23 tahun terakhir, tren karhutla masih menjadi persoalan yang mesti diusut segera. Dua bulan awal di tahun ini, kasus karhutla sudah tinggi. Kemungkinan besar musim kemarau mendatang kasusnya akan terus meningkat,” paparnya.

Konferensi ini menghadirkan beberapa pembicara yang berasal dari Indonesia, Perancis, Malaysia, Jerman, Jepang dan Thailand. Tujuannya, demi menguatkan kolaborasi dalam pengelolaan karhutla secara global, berbagi wawasan terkait pengelolaan karhutla, serta menguatkan penelitian kolaboratif antara ilmuwan, akademisi, lembaga dan pemerintah.

Prof Bambang Hero Saharjo, koordinator kegiatan kerjasama antara Kedubes Perancis dan IPB University menuturkan, salah satu hasil yang dicapai dari konferensi tersebut adalah pentingnya kerjasama antara para pihak, baik nasional maupun internasional dalam memecahkan masalah kebakaran hutan secara global, khususnya Indonesia.

“Pengendalian kebakaran hutan dan lahan tidak hanya bagaimana upaya mengendalikan kebakarannya. Namun, yang jauh lebih penting adalah bagaimana menekan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan selama kebakaran yang terus melengkapi emisi gas yang sudah ada sebelumnya, yang bila tidak dikembalikan akan berujung pada terjadinya perubahan iklim yang sudah mulai kita rasakan saat ini,” paparnya. (MW)