Sebanyak 20 orang Bangladesh Ikuti Training EAFM dan Climate Change di Departemen MSP FPIK IPB University

Sebanyak 20 orang Bangladesh Ikuti Training EAFM dan Climate Change di Departemen MSP FPIK IPB University

sebanyak-20-orang-bangladesh-ikuti-training-eafm-dan-climate-change-di-departemen-msp-fpik-ipb-university-news
Berita

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University bersama IMA international dan Food and Agriculture Organization (FAO) menyelenggarakan Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) and Climate Change Training bagi 20 orang berkebangsaan Bangladesh, 19-31/3.

Dr M Mukhlis Kamal selaku ketua panitia sekaligus international trainer dari EAFM mengatakan, kegiatan ini memberikan artikulasi kepada perikanan budidaya dan tangkap, peranan ekosistem mangrove, adaptasi ekosistem dan perikanan serta komunitas lokal terhadap perubahan iklim.

Topik yang dibahas yakni terkait penerapan EAFM dan memperhatikan aspek climate change dalam pengelolaan perikanan, baik inland fisheries maupun coastal fisheries di Bangladesh.

“Secara khusus lokasi yang menjadi topik bahasan adalah negara Bangladesh. Sebanyak 20 peserta dari negara ini diundang oleh FAO untuk mengikuti kegiatan training,” tutur dosen IPB University dari Departemen MSP ini.

Dilansir dari FAO, EAFM merupakan sebuah konsep penyeimbangan tujuan sosial ekonomi dalam pengelolaan perikanan. Hal itu mencakup kesejahteraan nelayan dan keadilan pemanfaatan sumber daya perikanan. Konsep EAFM mempertimbangkan aspek pengetahuan, informasi dan ketidakpastian tentang komponen biotik, abiotik dan interaksi manusia dalam ekosistem perairan melalui sebuah pengelolaan perikanan terpadu, komprehensif dan berkelanjutan.

Ketua Departemen MSP IPB University, Prof Hefni Effendi menuturkan, pihaknya menjadi focal point dalam pelaksanaannya. Kegiatan ini diharapkan meningkatkan eksposure Departemen MSP FPIK IPB University dalam kancah internasional.

“Untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap dan melestarikan keanekaragaman hayati, berbagai pendekatan termasuk pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem (EAFM) perlu dilakukan,” ujarnya.

Ia mengurai, EAFM menerapkan pendekatan holistik yang mengakui semua interaksi dalam suatu ekosistem tak hanya mempertimbangkan satu spesies. Integritas ekologis yang mempertahankan keberlanjutan sumber daya ikan dikelola sejalan dengan keuntungan ekonomis yang diperoleh.

“Upaya harmonisasi kedua aspek ini dapat dicapai melalui partisipasi optimal semua stakeholders dalam kerangka tata kelola yang baik,” imbuh Prof Hefni.

Menurutnya, untuk mempertahankan keberlanjutan sumber daya ikan, pengelolaan dengan pendekatan ekosistem diharuskan juga mengintegrasikan dengan sistem tatakelola yang adaptif terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim mengubah ekosistem dan perikanan di seluruh perairan dunia.

“Oleh karena itu, kerangka pengambilan keputusan dan implementasinya harus mewadahi dan memfasilitasi perikanan yang memiliki resiliensi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, yang pada saat yang sama ekosistem perairan dan produksi perikanan bersifat kompleks dan multidimensi,” jelasnya.

Selain kegiatan diskusi di ruang kelas yang dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga, peserta juga berkesempatan melakukan field trip ke sentra aktivitas perikanan di Karawang. Hal ini dalam rangka memberikan gambaran tentang bagaimana aktivitas perikanan pesisir dan laut yang dilakukan di Indonesia. (HEF/Rz)

Dekan FPIK IPB University, Prof Fredinan Yulianda hadir membuka international training ini. Sejumlah instruktur yang terlibat dari IPB University antara lain Dr M Mukhlis Kamal (MSP-FPIK IPB), Prof Luky Adrianto (MSP-FPIK), Dr Taryono (MSP-FPIK), Dr Perdinan (Program Studi Perubahan Iklim-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam/MIPA). Turut hadir Dr Renny Puspasari (Badan Riset dan Inovasi Nasional/BRIN) dan Chris Grose, Leigh Dowsett  dan Olivia Nagle (IMA International).