Prof Arif Satria: Nilai-Nilai Islam Harus Jadi Pedoman Roda Pembangunan

Prof Arif Satria: Nilai-Nilai Islam Harus Jadi Pedoman Roda Pembangunan

prof-arif-satria-nilai-nilai-islam-harus-jadi-pedoman-roda-pembangunan-news
Berita

Nilai-nilai Islam seperti rasa syukur harus menjadi pedoman untuk mendorong manusia di atas rel kemajuan melalui pembangunan. Hal tersebut disampaikan oleh Rektor IPB University, Prof Arif Satria saat memberikan ceramah tarawih di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (28/03).

“Kita perlu belajar dari pengalaman Nabi Musa karena umat masa kini termasuk ulil albab, yaitu umat yang belajar tidak hanya dari fenomena alam tapi juga fenomena sosial,” ungkapnya saat memberikan ceramah ‘Iman dan Pembangunan: Menggugat Dominasi Sekularisme atas Pembangunan’.

Dalam mensyukuri kemerdekaan dan pembangunan, kata Prof Arif, diperlukan kerangka etika yang diambil dari kitab suci Al-Qur’an. Ia mengurai, terdapat minimal tujuh nilai yang dapat menjadi pedoman pembangunan.

“Pertama, orientasi sebagai pembelajar atau ulil albab yang disebutkan dalam surah Al Alaq dan Al Imran. Ulil albab dimaknai harus mampu mempelajari fenomena alam dan sosial sebagai bekal menjadi khalifah. Mereka tidak akan berhenti belajar dan akan terus mengupdate dirinya,” ujar Prof Arif.

Kedua, orientasi terhadap masa depan. Masa depan dunia dan akhirat harus saling melengkapi agar seimbang. Ketiga, orientasi terhadap waktu dan kualitas kerja yang menentukan efisiensi output.  Hal ini hanya dapat dicapai oleh pembelajar yang memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik, terutama digital leadership.

“Digital leader akan memiliki kemampuan negosiasi sebagai kunci di era masa kini yang mengedepankan kolaborasi, sehingga negosiasi menjadi penting di era digital ini. Digital leader juga harus memiliki strategic skill dengan visi luar biasa dan bermimpi untuk mengubah kenyataan. Ini merupakan ciri pemimpin fathonah,” imbuhnya.

Keempat, orientasi untuk saling menginspirasi dan berkolaborasi dalam kebaikan. Menurutnya, kolaborasi ini harus didasarkan pada kepercayaan. Modal integritas atau tabligh penting untuk menginspirasi khalayak untuk mengarah kepada kemajuan.

“Al-Qur’an telah mengajarkan nilai kejujuran bagi umat muslim, sehingga harusnya ini menjadi modal utama. Bila masyarakat saling percaya, maka akan mudah berkolaborasi dan mudah berinovasi sehingga mudah juga untuk menginspirasi dengan karya dengan manfaat dan multiplier effect yang besar dan berkelanjutan,” terang Prof Arif.

Kelima, bekerja lebih keras daripada orang lain. Keenam, mencintai apa yang dikerjakan. Kedua hal tersebut diiringi oleh tekad tinggi dan kegigihan terhadap passion.

“Orang yang tidak punya talenta atau bakat yang besar, tapi memiliki effort yang besar akan menjadi skill yang hebat karena memiliki kemauan yang kuat dan mindset yang baik atau growth mindset” jelasnya.

Menurutnya, growth mindset menjadi roda penggerak pembangunan. Kepercayaan diri dan optimisme juga menjadi modal terutama untuk mendorong industrialisasi.

“Perubahan mindset ini yang menjadikan kita terus maju. Oleh karena itu, bangsa kita akan menjadi bangsa yang besar bila memiliki kepercayaan diri dan mindset yang kuat,” tegas Prof Arif.

Terakhir, nilai proaktif dan inisiatif untuk mengubah nasib diri dan bangsa. Ia menyebut, semangat Rasulullah dapat menjadi contoh atas kegigihannya menjadi agen perubahan. “Di era modern, masyarakat menghadapi berbagai disrupsi. Namun, kegigihan yang kuat akan membuat mampu bertahan hidup dan terus maju,” pungkasnya. (MW/Rz)