Mahasiswa Departemen MSP IPB University Dilatih Basic Sea Survival

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University bekali mahasiswanya dengan pengetahuan dan keterampilan keselamatan kerja di lapang. Aspek Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) adalah salah satu keterampilan yang perlu dikuasai oleh setiap sivitas akademika.
Setelah pelatihan penanggulangan kebakaran (firefighting), awal Maret ini Departemen MSP menggelar pelatihan basic sea survival. Yakni keterampilan dalam menyelamatkan diri ketika bekerja atau melakukan perjalanan di laut (offshore) pada saat terjadi kecelakaan.
Pelatihan diadakan di Aquatic Center, kolam renang IPB University yang diperuntukkan bagi kegiatan yang berkaitan dengan latihan diving (penyelaman), snorkeling, sea survival training, percobaan instrumentasi aquatik/kelautan dan sebagainya.
“Beberapa hal yang diajarkan secara langsung dalam pelatihan ini adalah praktik pemakaian life jacket, terjun ke dalam air secara aman dari ketinggian, membentuk posisi aman di air sambil menunggu tim penyelamat, pergerakan berkelompok di permukaan air, membentuk posisi tatkala ada peserta yang sudah sangat lemah kesehatannya, membentuk posisi pengiriman signal kepada tim Search and Rescue (SAR) dari helikopter atau pesawat yang melintas, penggunaan life craft, naik dan turun ke life craft, mendayung dan membalikkan life craft dan sebagainya,” ujar Prof Hefni Effendi, Ketua Departemen MSP IPB University.
Menurutnya, kegiatan basic sea survival training ini tidak hanya diikuti oleh orang yang bisa berenang, tapi juga orang yang sama sekali tak bisa berenang.
“Karena jika sudah menggunakan pelampung (life jacket) dengan benar, niscaya kalau tercebur ke air, baik air tawar maupun laut pasti akan mengapung. Hal yang terpenting adalah jangan panik, tetap tenang dan kalem,” imbuhnya.
Ia menambahkan, terdapat beberapa orang peserta training yang tak bisa renang. Namun dengan dipandu oleh instruktur yang profesional, peserta yang semula phobia terjun ke air tersebut, ketika mengapung dengan baik di permukaan air setelah terjun, malah jadi ketagihan dan terus bisa mengikuti training dengan baik hingga akhir.
“Jadi bagi yang phobia air, jangan khawatir, ikutlah basic sea survival training, pasti banyak pengetahuan dan manfaat yang dapat dipetik,” lanjutnya.
Menurutnya, basic sea survival training ini diwajibkan bagi semua mahasiswa Departemen MSP. Tujuannya untuk membekali mereka dengan keterampilan penyelamatan diri ketika bekerja di open water, baik perairan daratan (inland waters) atau perairan pesisir dan laut,” ujarnya.
Apalagi kalau lulusan bekerja sebagai staf Health Safety Environment (HSE) dan staf lainnya di sektor minyak dan gas (migas) offshore, ia mengatakan bahwa sertifikat sea survival training ini menjadi keharusan.
“Bahkan lebih dari itu, yakni diharuskan pula kepemilikan sertifikat T-Bosiet, Huet, Life support dan lain-lain. Alumni Departemen MSP banyak yang berkecimpung dalam bidang lingkungan khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan, stock assessment, konservasi, ekowisata lingkungan akuatik (tawar dan laut). Maka keterampilan basic sea survival ini akan sangat memperkaya pengetahuan dan keterampilan,” pungkasnya. (HEF/Zul)