Dosen IPB University Formulasi Iklim dan Kesehatan Regional Asia

Dosen IPB University Formulasi Iklim dan Kesehatan Regional Asia

dosen-ipb-university-formulasi-iklim-dan-kesehatan-regional-asia-news
Berita

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Kawasan Asia Tenggara mengadakan diskusi bersama para pakar lingkungan dan pemangku kepentingan untuk pertama kalinya pasca pandemi. Diskusi penting ini membahas kebijakan adaptasi perubahan iklim terhadap kesehatan.

Perdinan, PhD, Dosen IPB University dari Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam turut hadir mewakili IPB University dan Indonesia. Ia menjadi pemimpin diskusi World Health Organization South East Asia Regional (WHO-SEAR) Expert Group on Environmental Determinants of Health and Climate Change yang berlangsung selama empat hari dari tanggal 13 hingga 16 Maret 2023 di New Delhi, India. Ia menyusun kebijakan adaptasi dan mitigasi yang tepat bersama para petinggi WHO dari setiap negara.

Ia membahas topik terkait koneksi dinamika ekonomi dan lingkungan. Menurutnya, dinamika ekonomi dalam artian pemenuhan kebutuhan manusia akan lahan dan energi berdampak pada perubahan iklim dan kejadian penyebaran penyakit. Tentunya hal ini berimplikasi pada sektor-sektor ekonomi sehingga perlu adanya kebijakan mitigasi dan adaptasi.

Ia menjelaskan beberapa area kerja yang dibahas di hari pertama adalah terkait sistem pangan, polusi udara, energi berkelanjutan, perubahan iklim dan penyakit, komunikasi dan media, serta suara generasi muda. Ia memformulasikan kebijakan dan rencana aksi yang tepat sesuai dengan kepentingan setiap negara dan kecocokannya.

“Peran pemerintah dilibatkan untuk mengatasi kompleksitas hubungan antar faktor. Setelah pemetaan, dilakukan formulasi dasar dan indikator target untuk mengukur kesuksesan rencana aksi di setiap negara, termasuk terkait polusi udara,” jelasnya.

Hari kedua, peneliti SEAMEO BIOTROP ini juga mencatat beberapa poin penting terkait pertumbuhan jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi terhadap kesehatan manusia. Poin penting yang dibahas adalah manajemen sumber polusi, pengamatan dan peramalan kualitas udara, kapasitas dan alat untuk mengukur dampak kesehatan, akses ke teknologi terjangkau dengan emisi rendah, serta mengatasi kesenjangan pada daerah terpencil dan kelompok rentan dalam implementasinya.

Ia menambahkan, rencana strategis juga turut dirancang untuk menguatkan sektor kesehatan dan memprediksi risikonya. Mulai dari edukasi di tempat kerja, peningkatan sistem keamanan, peningkatan jasa ekosistem, hingga penggunaan teknologi terjangkau dalam pencapaian target kualitas udara.

Hari ketiga, Pakar Ekonomi Penilaian Informasi Iklim ini membahas terkait kegiatan advokasi polusi udara dan intervensi di berbagai sektor yang kebijakan dan tindakannya berdampak pada kesehatan. Hal ini termasuk pemantauan dan penerapan rencana aksi terhadap polusi udara dan kesehatan dalam konteks Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan.

“Roadmap disusun dengan pendekatan multisektoral sebagai acuan negara dalam intervensi intra dan antar sektor dan dikoordinasikan di tingkat nasional dan subnasional. Tidak luput, melibatkan dan mengedepankan kolaborasi strategi politik dan teknis. Keterkaitan polusi udara dan dampak kesehatan ini disusun berbasis sains untuk meningkatkan kesadaran publik dan tindakan kebijakan yang tepat. (MW/Zul).